Sabtu, 30 April 2011

FARIS 8 SIAP BANTU MENANGGULANGI BAHAYA NII >> MENTERI AGAMA

0 komentar
Menteri agama Peringatkan Bahaya NII ke Lembaga Pendidikan

Menteri Agama Suryadharma Ali - inilah.com/Agus Priatna
Oleh:
Nasional - ahad, 01 mei 2011 | 06:00 WIB


INILAH.COM, Jakarta- Menyusul maraknya perserta didik di berbagai universitas yang direkrut menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII), Menteri Agama Suryadharma Ali memperingatkan lembaga pendidikan akan bahayanya pemikiran NII.
"Kami akan undang mereka untuk mengingatkan bahwa bahaya pemikiran NII sudah sangat memprihatinkan," kata Suryadharma di Jakarta, Kamis (28/4/2011).
Suryadharma mengatakan, akan segera mengundang pimpinan sejumlah lembaga pendidikan yang berada di bawah koordinasi Kementerian Agama untuk bersama membahas gerakan NII.
"Kami akan koordinasi dengan kanwil Kementerian Agama provinsi dan kepada pimpinan lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama," sambungnya.
Suryadharma menegaskan, pejabat kantor wilayah Kementerian Agama dan para pimpinan lembaga pendidikan harus mewaspadai setiap gerakan yang membahayakan negara.
Gerakan NII menjadi bahan pemberitaan setelah beberapa kasus penculikan dan atau "pencucian otak" mulai terungkap. Polri pun mulai mewaspadai gerakan tersebut.
Kepolisian Daerah Metro Jaya sudah memonitor adanya kantong-kantong gerakan NII di Jakarta."Sudah termonitor ada di wilayah-wilayah pinggiran di Jakarta, Bekasi, Pondok Gede dan Tangerang," kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Sutarman di Jakarta, beberapa waktu lalu.(ant/ndr)
(Sumber : inilah.com)



MENINDAK LANJUTI HIMBAUAN bpk mentri agama bpk surya darma ali, maka dengan ini kami dari Forum Alumni Rohis smkn 8 jakarta, siap membantu dunia pendidikan khususnya smkn 8 jakarta, dalam membentengi aqidah siswa/i smkn 8 dalam penyesatan yang dilakukan NII.

untuk itu kami menghimbau kepada seluruh Anggota Faris 8 dan seluruh warga smkn 8 jakarta untuk segera melaporkan apabila didapati tanda-tanda penyebaran agama yang sembunyi-sembunyi yang dilakukan di smkn 8 jakarta.

semoga keimanan kita senantiasa dijaga oleh Alloh swt dan kita diberikan keistiqomahan.  amin ya Robbal alamin
redaksi : Humas faris 8 jakarta

Rabu, 27 April 2011

Upps, Jangan asal ngomong >> ROHIS bukan sarang teroris

2 komentar
Bismillahirrohmanirrohim,
asalamualaikum, ijinkan kami dari faris 8 menjawab issue miring dari pernyataan Sidney Jones  yang menyebutkan, bahwa Rohis adalah cikal bakal sarang teroris. baik kami akan mulai tulisan ini, semoga bermanfaat info ini khususnya untuk para pelajar, staff pengajar, institusi dunia pendidikan dan masyarakat umum.
ini adalah pengalaman pribadi dan fakta yang tidak terbantahkan oleh sejarah. selama kami (baca : penulis), mulai bergabung dengan organisasi Rohis, saya mendapatkan banyak hal. dari saya yang sebelumnya belum mengenal islam dan tujuan hidup hingga saya yang sekarang mampu mengembangkan potensi diri untuk lingkungan sekitar saya. dahulu sebelum saya mengenal Rohis (baca : Rohis Smkn 8 jakarta), saya jauh dari tuntunan agama, jarang sholat, hidup urak-urakan gak jelas, terpengaruh gaya hidup para remaja yang hedonis, hura-hura, dan penuh dengan kesia-siaan, hidup yang mengalir begitu saja tanpa arahan yang jelas. hidup hanya sebatas makan-tidur-sekolah-pulang-bermain. hanya berkutat pada itu-itu saja.
Tapi semua itu berubah 360 derajat, setelah saya mengenal Rohis dan mendapat banyak bimbingan keislaman disana. hidup saya jadi lebih terarah dan yang sangat saya syukuri hingga saat ini, potensi yang ada dalam diri saya berkembang dan dapat saya optimalkan. di Rohis saya bukan hanya sekedar belajar tentang bagaimana berorganisasi yang baik, tapi di rohis kami mempelajari banyak hal, mulai dari motivasi menuntut ilmu, menghormati orang tua, menghormati guru, menghargai sesama teman, bangga dengan identitas sebagai muslim sampai kami diajarkan pengelolaan manajemen hidup, mengatur waktu dengan baik, belajar bersyukur, akhlaq yang baik dan menjadi contoh kepada siswa-siswi dalam hal prestasi. tidak jarang pula, orang-orang yang masuk rohis, rata-rata intelektualnya lebih dari yang lain. prestasi nya baik dan disukai banyak pihak karena akhlaq nya yang memang menjadi teladan bagi semua.
selama saya mendalami rohis disekolah 3 tahun dan sekarang masih aktif di forum alumni rohis sampai sekarang, TIDAK PERNAH SEDIKIT PUN SAYA MELIHAT ROHIS MENGAJARKAN KEKERASAN ATAU TERORISME. 
Demi Alloh saya berani menjamin, semua tuduhan miring yang ditujukan untuk rohis hanyalah upaya musuh-musuh islam untuk menghentikan laju perkembangan dakwah Agam islam ini. mereka orang-orang Kafir/diluar islam berupaya memadamkan cahaya Alloh. sebagaimana kita lihat ayat dibawah ini :(Qs. At-Taubah ayat  32  yang artinya Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.




Rohis sesuai namanya berfungsi sebagai kegiatan pendamping proses belajar mengajar yang targetnya adalah membantu tugas bapak dan ibu guru serta kepala sekolah dalam membina moral siswa-siswi sekolah tersebut, dibantu oleh tenaga-tenaga alumni yang cinta dengan almamater sekolahnya dan kepedulian besar terhadap nasib generasi putra-putri bangsa indonesia yang saat ini sedang menjadi sasaran utama yang ingin dirusak musuh-musuh islam. karena saya pernah baca, untuk menghancurkan suatu bangsa, trik yang paling ampuh adalah menghancurkan moral para pemudanya. karena jika bangsa itu pemudanya sudah hilang akhlaqnya, maka tunggu 30-40 tahun kemudian, bangsa itu menjadi bangsa yang terbelakang.

ada point menarik yang masih sangat ingin saya utarakan, selama saya bergabung di Rohis, yang dulunya saya Gaptek (awam tekhnologi) sampai sekarang saya sudah bisa menggunakan dan memanfaatkan tekhnologi, subhanalloh sungguh ini adalah harga yang sangat mahal. Rohis sudah mengubah hidup saya ke arah yang sangat baik, bukan hanya tentang urusan akhirat, ibadah sehari-hari dan akhlaq kepada sesama teman, bakti kepada orang tua, hormat kepada bapak-ibu guru. tapi juga Rohis sudah merubah diri saya menjadi pribadi yang mampu bersaing dengan dunia usaha saat ini.

sekarang selain saya masih kuliah, saya juga masih bekerja di sebuah perusahaan, saya juga sudah punya 2 usaha walaupun masih dalam tahap pemula, saya juga sudah mampu menikah di usia muda dan mampu dengan ijin Alloh menafkahi keluarga saya, dan saya pun mampu memimpin 4 organisasi sekali gus. itu semua Atas ijin dan Ridho Alloh saya dipilih untuk bergabung dengan Rohis smkn 8 jakarta.

kemudian perlu saya tambahkan bahwa, mayoritas hampir 90%, orang-orang yang pernah bergabung di rohis ini dan istiqomah dijalan dakwah ini, mereka-mereka kehidupannya bertambah baik dan jika dilihat dari sudut pandang dunia mereka boleh dikatakan berhasil. ada diantara mereka, ada yang menjadi Guru,  karyawan profesional, PNS yang amanah, pengusaha yang jujur, mahasiswa penuh prestasi, juga gak sedikit yang menjadi dosen bahkan Anggota dewan. itu semua semata-mata karena mereka memperjuangkan agama Alloh ini. baik sebagai penutup silahkan kita baca  firman Alloh swt dibawah ini : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Qs. Muhammad, ayat 7).




demikianlah catatan ini saya buat, semoga dapat menjawab isu-isu/fitnah-fitnah yang berkembang dimasyarakat dan pesan saya, jangan takut dengan rohis, karena Rohis ada untuk membantu generasi muda mengembangkan prestasi dan keimanannya.

jazakumulloh khoiron katsir


sumber : syafiih azami

buku islami

Senin, 25 April 2011

lima bola

0 komentar
5 bola

Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus
memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara.
 Bola-bola tersebut bernama :
 1. Pekerjaan
 2. Keluarga
 3. Kesehatan
 4. Teman
 5. Spirit
 Kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara.
 Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah bola
karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul
 kembali.
 Tetapi empat bola lainnya yaitu Keluarga,Kesehatan, Teman dan Spirit,
terbuat dari gelas. Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan
dapat terluka, tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur
 berkeping-keping. Dan ingatlah, mereka tidak akan pernah kembali seperti
aslinya.
 Kita harus memahami benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya.

Bagaimana caranya?
 1. Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain.
   Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita
spesial.
 2. Jangan menganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah
padanya
seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup
menjadi kurang berarti.
 3. Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi masa
depan.
   Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu
hidupmu.
 4. Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan.
    Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha.
 5. Janganlah takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna.
   Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk
mengikat kita satu sama lain.
 6. Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita
untuk belajar bagaimana menjadi berani.
 7. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalahkebutuhan untuk merasa dihargai
8. Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta karun
yang selalu dapat kita bawa kemana pun tanpa membebani.


Dan akhirnya??
 MASA LALU adalah SEJARAH
 MASA DEPAN  MISTERI
 Dan SAAT INI adalah KARUNIA DAN PERJUANGAN.....

Minggu, 24 April 2011

muhasabah harian

0 komentar
MUHASABAH HARIAN
Umar bin Khottob berwasiat :
"Hitung-hitunglah dirimu sendiri sebelum kamu dihitung, dan timbang-timbanglah dirimu terlebih dahulu sebelum kamu ditimbang, dan persiapkanlah untuk menghadapi alam terbuka yang besar (mahsyar)."
Sesungguhnya bentuk ragam jahiliyah yang sedang dihadapi oleh seorang da'i dan muharrik dalam kehidupannya sangat banyak. Ia merasa asing ditengah-tengah kejanggalan dan keruntuhan sendi-sendi masyarakatnya. Ia merasa semua bentuk kebudayaan asing atau modern adalah menyesatkan dan menenggelamkan nilai-nilai dan akhlaq mulia, serta menyebarkan kekejian dan kehinaan di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian sangat dihajatkan agar dia mampu mempola jiwanya dan membentenginya dari pengaruh lain terhadap penyelewengan akhlaq. Supaya ia mampu melanjutkan perjalanan da'wah dan jihad dengan mendapat ridlo Allah SWT dan berhasil menghalau segala bentuk kejahiliyahan.
Untuk memcapai ini semua kami berpesan kepada saudara-saudaraku, baik sebagai generasi pemula atau sebagai du'at atau sebagai mas'ul atau lainnya, supaya masing-masing mempunyai janji harian untuk bermuhasabah dan membentuk syahsyiah thoyyibah mujahidah...
Muhasabah harian sekaligus merupakan janji harian adalah sebagai berikut :
1. QIYAMUL LAIL (madrasah ruhiyah) jangan sampai anda lewatkan ! Qiyamul lail adalah sumber kekuatan iman yang tak terbandingkan.
Inilah sebenarnya rahasia firman Allah yang menyebutkan :
"Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu malam itu lebih berkesan. " (QS Al Muzammil 6)
Apakah anda selalu menyempatkan diri untuk bangun malam meskipun hanya sebentar? sebagai amal tambahan buat anda, niscaya Allah akan mengangkat anda ketempat yang terpuji. Ataukah anda termasuk
orang-orang yang tidur nyenyak lagi lalai? Bukankah saat-saat itu Robbmu turun pada sepertiga akhir malam? Bukankah Dia telah berfirman :
"Tidak ada hamba yang memohon ampun (pada saat itu) melainkan Aku mengampuninya, seorang hamba yang berdoa melainkan Aku menjawabnya, Dan hamba yang meminta kepada Ku melainkan Aku memberinya. "
Kemudian dimanakah anda hai saudaraku? Apakah anda termasuk hamba-hamba yang disifati oleh Allah dalam firman-Nya :
" Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya(mengerjakan shalat malam)." (QS As Sajdah 16)
"Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam dan diakhir-akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun kepada Allah." (QS Adz Dzariyat 17-18)
"Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Robbnya ? katakanlah "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS Az Zummar 9 )
Imam Thobrani meriwayatkan dalam Al Kabir dari Salman Al Farisi ra, ia berkata : Rosulullah SAW bersabda :
"Hendaklah kamu selalu mengerjakan shalat malam, sebab shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelummu, yang dapat mendekatkan dirimu dengan Robbmu, yang dapat menghapuskan kesalahan-kesalahanmu, dan benteng dari dosa serta menolak masuknya penyakit kedalam badan.”
2. Hai saudaraku, apakah anda selalu menyadari bahwa sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang selalu mengikuti dan meneropong kita di waktu siang dan malam? Dan sesungguhnya mereka berkumpul pada waktu shalat fajar dan shalat ashar, kemudian mereka naik ke langit, lalu Allah bertanya kepada mereka, sedang melaksanakan apa hamba-hamba Ku ketika kau tinggalkan mereka ? Malaikat menjawab : " Kami tinggalkan    mereka dalam keadaan shalat (pula)."
Apakah anda selalu menunaikan shalat fajar tepat pada waktunya dengan berjamaah? Lalu anda termasuk orang-orang yang disinyalir oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
" Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam tanggungan Allah SWT, maka lihatlah hai anak Adam ! Allah tidak akan meminta (kembali) darimu sedikitpun dari tanggungan Nya. " (H.R. Imam Muslim)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata :
Rosulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya' dan shalat fajar, kalau seandainya mereka mengetahui apa-apa yang ada didalamnya sungguh mereka akan mendatanginya meskipun harus dengan merangkak...
3. Ketahuilah hai saudaraku, sesungguhnya hatimu itu benar-benar membutuhkan siraman Al Quran yang pasti akan memberikan ketentraman dan ketenangan serta menepiskan segala penyelewengan dan sifat pengecut. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu mempunyai hati yang selalu hidup dan bernilai, berdenyut lagi bergetar.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. " (QS Al Anfal 2)
Apakah anda selalu membiasakan membaca dan tadabbur dari lembaran-lembaran muhsaf Al Quran setiap selesai shalat fajar ? Dan apakah anda mengingat Allah dalam keadaan sepi dengan rasa khusu' sampai air mata anda menetes ? Ataukah anda termasuk orang-orang yang begitu saja dilalui oleh masa yang panjang lalu hati mereka menjadi keras seperti batu yang keras !
Saudaraku, tidakkah anda mendengar firman Allah ?
"Sesungguhnya Qur'anul fajr itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS Al Isro' 78)
Tidakkah anda mendengar pula sabda Roasulullah SAW ?
"Sesungguhnya orang yang tidak ada didalam rongganya sesuatu dari Al Qur'an maka ia laksana rumah yang runtuh."   (H.R. Tirmidzi)
Kemudian janganlah anda lupa untuk membaca Al Qur'an dan jadikanlah seakan-akan Al Qur'an itu turun kepada anda yang pertama kali !
4. Ketika anda sudah duduk dimeja hidangan, lalu apakah anda sedikitpun tidak berfikir tentang manfaat makan ? Nikmat dan makanan lezat yang telah disediakan oleh Allah kepada anda untuk memberikan gizi kepada anda dan menjadikan kekuatan yang menyadarkan anda untuk bersyukur kepada Allah dan mentaatiNya, sehingga anda kuat dan mampu berjihad di jalan Nya ?
Kemudian sudahkan anda meniti kembali sumber-sumber anda didalam mendapatkan makanan dan minuman, apakah sudah benar-benar halal lagi baik ? Dan sudahkan anda mampu membedakan mana diantaranya yang haram lagi jelek ?
5. Ketika anda keluar rumah...seharusnya anda mengerti sesungguhnya Islam adalah Ad-Died amali (memerintahkan bekerja), dien sa'yun (mewajibkan usaha) bukan pengangguran. Sesungguhnya diantara kewajibanmu sebagai pedagang, petani, tukang kayu, tukang pabrik...dan sebagainya.
Lalu apakah hari ini telah menunaikan sebagian kewajiban dari jihad ini, kemudian anda menunaikannya dengan tekun dan ikhlas ?
Sebagai realisasi sabda Rosulullah saw :
" Sesungguhnya Allah mencintai orang diantara kamu apabila ia mengerjakan sesuatu pekerjaan, lalu menekuninya. "
Apakah anda sudah mensucikan hasil kerja anda (harta benda) dengan menginfaqkan kepada fuqoro' maasaqin dan saudara saudara seaqidah anda yang membutuhkan ? Dan apakah anda telah menunaikan zakat wajib ? dengan demikian anda termasuk orang-orang yang bersyukur ?
Imam Bukhori meriwayatkan dari Miqdad bin Yakrob dari Nabi saw, bahwasannya beliau bersabda :
" Tidaklah sama sekali orang itu makan makanan yang lebih baik daripada ia makan dari hasil tangannya sendiri, sesungguhnya Nabi Allah Daud as tidak makan kecuali dari hasil tangannya (jerih payah) sendiri. "
6. Sekarang anda berada dijalan raya dan berada di tengah tengah masyarakat yang majemuk lalu apakah anda selalu ber-muqorobah (selalu merasa diawasi Allah)...
Apakah ketika anda melihat barang haram, lalu anda memalingkan mata dan menundukkan mata dan segera ber-istighfar kepada Allah, karena anda tahu benar bahwa pandangan mata pertama masih dimaafkan dan pandangan kedua dilaknat ? Lagi pula memandang barang haram itu adalah panah racun di antara sekian panah racunnya iblis la`natulah`alaihi ?
Apakah ketika ada seorang wanita yang berkedudukan, cantik lagi molek memanggil-manggil anda untuk melakukan kemaksiatan semu, lalu secepatnya anda menolak seraya berkata: "Sesungguhnya saya takut kepada Allah."  Kemudian anda mengulang-ulang firman Allah swt :
" Wahai Robku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka (wanita-wanita) kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. " (QS Yusuf 33)
Apakah ketika anda berdagang itu mencari yang halal, meski hasilnya sedikit ?
Apakah anda melalaikan diri untuk mengambil pelajaran dari orang yang menyelisihi syari'at Allah ?
Apakah anda sudah merasakan bahwa setiap tingkah laku anda tetap diawasi oleh Allah ?
Ataukah anda termasuk orang yang merasa diawasi tapi tetap melanggar, sebab anda mengira umur anda masih panjang ? Apakah semua itu sudah anda timbang dengan neraca Islam ?
Apakah anda memulai dan segera memulai menundukan syahwat dan subhat, sehingga anda menjadi orang-orang yang bertaqwa ?
7. Sekarang kepada diri sendiri tentang berapa banyakkah amal-amal islami yang sudah anda lakukan ? Apakah ikhwan dan akhwat anda adalah merasakan atsar amal islami anda ketika bergaul dengan mereka ? Apakah anda sudah berziaroh/berkunjung kepada mereka dirumahnya demi menguatkan ukhuwah dan membangkitkan fikroh dan harakah? Di antara kewajiban anda adalah bergerak  (berdakwah dan harokahnya) pada setiap tempat dan kesempatan, dan akan mampu meninggalkan asas islami kepada setiap orang yang anda tinggalkan dan ingatlah selalu sabda Rosulullah saw :
" Sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada satu orang lantaran (dakwah) kamu, lebih baik dari pada dunia seisinya."
Sungguh anda mempunyai waktu-waktu senggang diluar jadwal pekerjaanmu...Dan kewajibanmu adalah meluangkan waktu untuk berdakwah...Waktu laksana pisau jika tidak engkau pergunakan memotong, niscaya ia akan memotongmu. Dalam hal ini Rosulullah saw berwasiat :
" Sebaik-baiknya pemberian adalah kalimat haq yang kamu dengar kemudian kamu membawanya kepada saudaramu sesama muslim, lalu kamu mengajarkannya kepadanya. " (Riwayat Thobroni)
Ibnu Muslim meriwayat dalam shohihnya dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rosulullah saw bersabda :
" Barangsiapa berdakwah kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang berdakwah kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka."
9. Sekarang bertanyalah kepada dirimu tentang waktu yang anda telah persiapkan untuk mencurahkan dan berkurban di jalan Allah. Sesungguhnya beban berat selalu menghalangi anda, dengan demikian mampukan anda meringankan beban-berat tersebut Dan membebaskan diri dari belenggu kekuatan selain kekuatan Allah ?
Takut menghadapi resiko hidup adalah memberatkan anda dan menjadikan anda memilih duduk dari pada jihad fisabilillah.. Semua itu harus anda bebaskan !!
Takut kehilangan materi adalah memberatkan anda dan membuat anda absent dari medan dakwah. Islam wajib membebaskan !
Cinta kepada istri, anak, sanak keluarga kadang-kadang menghalangi dakwah anda, maka berpalinglah dari kekuatan mereka !!
Sesungguhnya anda harus memprioritaskan masalah Islam di atas semua masalah, dan menundukkan hawa nafsumu dalam rangka mengikuti syar'i, sehingga menjadi siap dan selalu siap mati syahid dijalan Allah.
Iman Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa ra, ia berkata :
Rosulullah saw bersabda : “Ketahuilah sesungguhnya syurga berada di bawah naungan pedang."
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya dari Uqbah bin Amir ra, ia berkata : Saya mendengar Rosulullah saw berkutbah diatas mimbar :
"Dan persiapkanlah olehmu (untuk menghadapi musuh) apa saja yang kamu mampu dari kekuatan...ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (memanah) ... ketahuilah bahwa quwwah itu adalah melempar (memanah)... ketahuilah bahwa quwwah itu adalah melempar (memanah)..
10. Terakhir tapi bukan yang akhir tentang apa yang dalam badanmu...apa kewajibanmu kepadanya ? Bukankah anda berkewajiban untuk memberi gizi halal lagi bersih kepadanya sehingga ia menjadi kuat dan ulet lagi mampu    membawa beban-beban perjalanan panjang dan jihad fisabilillah ? Sebenarnya anda harus mengerti bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih baik dibandingkan seorang mukmin yang lemah, dalam segala hal lebih unggul.
Apakah pagi ini anda telah menunaikan olah raga badan yang teratur ?
Apakah anda sudah dan punya niat untuk segera meninggalkan hal-hal yang menghancurkan dan melemahkan badan ? Lalu anda berlaku adil kepadanya baik pada waktu bergadang, makan ,minum dan anda mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, menikmati teh dan kopi ?
Sesungguhnya bagi dirimu hai saudaraku untuk mempersiapkan diri menjadi jundi (tentara) dalam ma'rokatul Islam. Yakinlah sesungguhnya Allah adalah wali (penolong) orang-orang yang sholih dan selalu membimbing mereka menuju  jalan yang satu/sama.

sms tausyiah

0 komentar
SMS TAUSYIAH

1.    Pekerjaan tersulit dalam kehidupan adalah membersihkan nafsu dari kotorannya
2.    Bekerja keras adalah bagian dari fisik,bekerja cerdas merupakan bagian otak, sedangkan bekerja ikhlas merupakan bagian dari hati.
3.    Banyak hal yang bisa dilakukan dengan kecerdasan, tapi cerdas tanpa hati nurani lebih berbahaya karena bisa membuat kejahatan yang lebih dahsayt.
4.    Jagalah hati dari semainya bibit kesombongan dan kedengkian, sebab jika bibit-bibit seperti itu tumbuh maka lambat laun hati kita akan mati.
5.    Jual beli itu bukan hanya masalah transaksi uang dan barang tapi harus jadi amal soleh.
6.    Hilangnya nikmat adalah saat kita tak pandai bersyukur. Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara : bersyukur dalam hati, dengan lisan dan dalam sikap/perbuatan.
7.    Bintang ilmu, bulan makrifat, dan matahari tauhid semuanya bersarang dan terbit hanya pada hati kita.
8.    Orang yang cerdas menurut Rosulullah adalah orang yang mampu menahan hawa nafsu dan beramal untuk hari sesudah maut.
9.    Kesuksesan adalah milik orang yang sangat gigih mengubah dirinya dan tidak akan terjadi perubahan kecuali pada orang yang berani melihat kekurangan dirinya.
10.    Kegaalan biasanya disebabkan oleh satu kelemahan manusia, yaitu tidak adanya keseimbangan antara keinginan dan kesungguhan dalam menyempurnakan ikhtiar.
11.    Mencari seribu satu alasan untuk memaklumi orang lain adalah cara melatih diri agar berprasangka baik kepada orang beriman dan waspada terhadap orang zhalim.
12.    Keluh kesah dan amarah tidak akan banyak mengubah keadaan, selain akan lebih mempersulit posisi kita sendiri.
13.    Ketidaksabaran kadang muncul karena kita kurang mampu memahami hikmah dibalik musibah yang menimpa.
14.    Jadikan hari yang tersisa menjadi hari yang selalu merindukan rida Allah.
15.    Harta manusia sesungguhnya  terbagi tiga yaitu : apa yang dimakan lalu habis, apa yang dipakai lalu lusuh, dan apa yang disedekahkan akan tersimpan untuk akhirat.
16.    Tidak ada sesuatu yang lebih baik daripada akal yang diperindah dengan ilmu, ilmu dengan kebenaran, kebenaran dengan kebaikan, kebaikan dengan taqwa.
17.    Awalilah kesuksesan dengan berani melihat kekurangan diri sendiri.
18.    Waktu adalah modal utama dalam hidup kita, maka berbahagialah bagi siapapun yang pandai mengatur dan memanfaakan waktu sehingga tidak berlalu sia-sia.
19.    Tidak akan pernah tentram rumah tangga yang tidak mengarahkan anggota keluarganya untuk bersungguh-sungguh taat kepada Allah.
20.    Ciri Entreprener muslim : Saat encarinya sangat menjaga keadilan dan kejujuran, lalu setelah mendapatkannya didistribusikan untuk kepentingan umat.
21.    Jika kita memelihara kebencian dan dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis dan kita tidak akan pernah menjadi orang produktif.
22.    Orang serakah tidak akan pernah merasakan lezatnya dan manisnya kenikmatan, dia bagaikan orang makan yang tidak pernah merasakan kenyang dan nikmatnya makanan.
23.    Ada dua macam perjuangan : perjuangan untuk tetap hidup di dunia dan perjuangan untuk meraih kehidupan kekal di akhirat dengan sebaik-baiknya.
24.    Barang siapa ingin dunia harus dengan ilmu, ingin  akhirat harus dengan ilmu, ingin dunia dan akhirat harus dengan ilmu.
25.    Tidak ada penghinaan yang akan membuat kita sengsara jika kita jadikan itu sebagai ladang amal untuk meningkatkan kemuliaan dengan memaafkan dan sabar.
26.    Orang tawadu’ tidak pernah melihat orang lain lebih rendah dari dirinya.
27.    Kehidupan adalah medan perang tanpa gencatan senjata, titik lemah manusia adalah ketika akalnya tertutup oleh hawa nafsu sehingga salah memilih jalan dan keputusan.
28.    Jalan terbaik bagi kita membalas dendam terhadap musuh adalah dengan cara meningkatkan derajat dan kehormatan diri sendiri.
29.    Salah satu cirri akhlak mulia adalah bersikap ramah dan lemah lembut terutama kepada orang yang seharusnya dipimpin dan dibina.
30.    Banyak orang menginginkan kebahagiaan, namun seringkali justru sebaliknya yang didapatkan, sebab dia salah memahami arti kebahagiaan itu sendiri.
31.    Kita harus bersabar tidak hanya dalam kesempitan tapi juga dalam kelapangan.
32.    Seni yang paling baik dalam bersilaturahmi adalah banyak-banyak untuk mengingat dan mengakui kekurangan diri sendiri.
33.    Banyak orang berusaha untuk merubah dunia , tapi sedikt sekali orang yang terlebih dahulu berusaha merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dan shaleh.
34.    Bukti ketakwaan adalah bertawakal dengan baik terhadap apa yang belum dicapai, merasa rida terhadap apa yang belum diperoleh, bersikap sabar terhadap apa yang luput diperoleh.
35.    Orang sukses sejati adalah orang yang terus berusaha membersihkan hati.
36.    Kekuatan rohani terbentuk dengan adanya kesadaran dan perasaan akan adanya hubungan dengan Allah kita wajib menjadikannya sebagai harta yang tidak akan pernah habis dan sirna.
37.    Amatlah akan sangat beruntung sukses dan bahagia bagi orang yang beriman dan khusuk dalam shalatnya.
38.    Jika hati seseorang telah diberi makanan berupa dzikir dan diberi minuman berupa tafakur serta bersih dari penyakit duniawi, maka akan tampak berbagai hikmah dan keajaiban.
39.    Kebohongan pertama akan melahirkan kebohongan-kebohongan lain  yang akan menyebabkan seseorang kehilangan jati diri dan kemuliaannya.
40.    Allah lebih mencintai orang yang diberi sedikit rizki dan dia tidak pernah berkeluhkesah sedikitpun dari pada orang kaya yang selalu merasa kekurangan.
41.    Rizki yang bermanfaat adalah rizki yang disedekahkan.
42.    Kalau kita sudah dekat dengan Allah, maka kita akan mendapat ketenangan dalam persaingan hidup ini. Sehingga tidak akan merasakan kekecewaan dalam setiap kegagalan.
43.    Allah memerintahkan ibadah kepada kita bukan semata-mata untuk diriNya tapi justru untuk keabikan diri kita sendiri.
44.    Rahasia mengatasi kesombongan diri kita adalah jangan pernah melihat atau memandang orang lain lebih rendah dari dirinya.
45.    Kalau kita tahu bahwa kecerdasan itu , ia bisa menempatkan sesuatu dengan sangat tepat dijalan yang disukai Allah swt.
46.    Islam mengajarkan kita untuk berfikir tentang saat kematian tentang keadaan alam kubur dan befikir suatu masa yang belum dating.
47.    Seorang pemimpin sejati dia tidak berfikir untuk hari saja, tapi mampu membuat perencanaan 5 sampai 10 tahun kedepan, juga strategi jangka panjang dan jangka pendek.
48.    Jangan ada pertengkaran karena buat apa ? tak menghasilkan sesuatu yang berguna.
49.    Berfikirlah mau dijadikan apa rumah tangga kita, apa akan berkaya-kaya di dunia, tapi disiksa diakhirat, atau berlimpah didunia dan diakhirat ahli surga.
50.    Kita butuh pemimpin yang akur, orang – irang pintar yang bisa akur dan kita butuh juga rakyat yang mau akur mulailah dengan diri sendiri untuk akur dengan siapapun.
51.    Tak sedikit orang yang cita-citanya hanya sanpai dunia saja. Berfikirlah jauh kedepan karena berfikir jauh itu menentukan apa yang bisa kita lakukan.
52.    Seseorang yang mampu kendalikan perasaannya adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya.
53.    Seorang pemimpin yang baik ia selalu berusaha memimpin lisan nya , karena setiap kata yang buruk itu bagaikan pisau yang mengiris atau palu yang menghantam.
54.    Kejujuran akan melahirkan komitmen-komitmen dari orang lain untuk membenarkan dan mempercayai kita serta munculnya rasa aman bagi orang lain.
55.    Tabiat nafsu selalu tidak sebanding antara kesenangan yang didapat dan akibat atau resiko yang diterimanya.
56.    Pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak untuk dipuji sambil dikaitkan dengan kebesaran Allah , agar kita tetap ingat pada asal muasal nikmat yang diraihnya.
57.    Tidak pernah ada orang yang menjadi miskin karena rajin bersedekah .Tingkatkanlah sedekah kita selama di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini.
58.    Jadikanlah setiap detik berharga dimata Allah swt. Detik-detik yang telah kita lewati tidak akan pernah kembali maka gunakan setiap kesempatan dengan perbuatan yang mulia.
59.    Bersedekahlah dimanapun kita berada tanpa harus memilih atau memilah apa yang hendak kita sedekahkan .
60.    Saudaraku berlomba-lombalah dalam beramal karena tabungan yang hakiki adalah amal perbuatan kita yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
61.    Bila kita mencela orang maka kita cacat hati karena tidak mampu melihat hikmah Allah, cacat adab karena merendahkan makhluk Allah dan cacat akhlak karena tak berbuat apa-apa.
62.    Jangan pernah ragu atas milik Allah , hanya Allah pemberi hidayah.
63.    Kita harus terus meningkatkan mutu keyakinan kepada Allah , agar Allah juga selalu yakin untuk memberikan apapun yang kita minta dan yang tidak kita minta.
64.    Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah keika melihat sesuatu  hatinya pun ikut melihat keagungan Allah.
65.    Berjuang memuliakan orang tua kita , bukan berarti kita sanggup memberikan petunjuk . Kita berjuang lewat doa dan perbuatan, dengan harapan Allah yang memberikan petunjuk.
66.    Sempurnakanlah ikhtiar kita , kejarlah pertolongan Allah, semoga Allah menolong kita menjadi orang yang selalu rindu, mengenal Allah dan diberi karuniaNya.
67.    Kunci dari kredibilitas adalah kejujuran.
68.    Kita harus belajar yakin bahwa tak ada satupun pengundang bencana, kecuali perilaku kita sendiri dan tak ada yang bisa menolong kita kecuali Allah.
69.    Cahaya yang menerangi hati manusia adalah nur dari sifat-sifat Allah caha yang tampak adalah berkas caha yang diciptakanNya dan cahaya yang tidak tampak adalah cahaya dari sifat-sifat Allah.
70.    Jangan menyuruh orang lain sebelum menyuruh diri sendiri, jangan melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri.
71.    Kalau hati tertutup maka dunia ini menakutkan. Melihat uang takut tidak mendapat bagiannya. Ketika sudah dapat justru takut hilang.
72.    Hikmah menjaga kesucian qolbu adalah dibukanya pintu hikmah oleh Allah.
73.    Bagi orang-orang yang hatinya terbuka, insya Allah tidak ada kerisauan tentang rezeki. Rizki sudah pasti Allah membagikan, tiak akan pernah tertukar.
74.    Marilah kita rasakan, apapun yang kita raba dengan indra membuat kita mengenal hikmah dibalik setiap kejadian yang ada.
75.    Biasakanlah anak-anak untuk mandiri, bebas dan berani bertanggung jawab. Sehingga mereka akan tumbuh dan berkembang dengan kepercayaan diri yang tinggi.
76.    Jika anda merindukan keindahan maka berbuatlah kebajikan karena kebajikan merupakan budi pekerti yang indah, sedangkan dosa adalah perbuatan yang menyesakkan dada.
77.    Orang yang hatinya kotor tidak akan peka dengan perilaku maksiat yang dilakukannya.
78.    Seorang pemimpin yang bersyukur akan berjuang sekuat tenaga untuk membua orang yang dipimpinnya mengenal Allah dan mengenal kebenaran.
79.    Pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab terhadap perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak ada keraguan tak meremehkan waktu walau sedetikpun.
80.    Dengan ilmu seorang suami atau istri akan berbuat apapun dengan penuh keikhlasan dan merasa rida dalam melayani dan berkhitmad terhadap pasangannya masing-masing.
81.    Derajat suami ditentukan oleh perjuangannya menjadi pemimpin rumah tangga, sehingga ia akan menuntut dirinya untuk menjadi tauladan bagi keluarga yang dipimpinnya.
82.    Istri yang bersikap setia dan jujur kepada suami, meringankan setengah beban kehidupan suami, minimal senyuman yang membahagiakan, surga pahalanya.
83.    Janganlah kita merasa kecewa jika tidak mengerti, tetapi hendaklah kecewa karena tidak belajar.
84.    Menularnya akhlak yang buruk terhadap lingkungan kita akibat tidak punya keberanian kita dalam menyampaikan kebenaran.
85.    Apabila kita tak melatih terhadap kejenuhan menuntut ilmu, maka kita harus siap dalam kerendahan
86.    Tidak akan ada penyebar fitanah  apabila tidak ada yang mendengarnya.
87.    Termasuk dosa besar jika kita mengagumi alam dan segala isinya tetapi lupa kepada yang Maha Menciptakannya.
88.    Putus asa adalah kesalahan fatal manusia karena didalam kesusahan ada hikmah yang sangat besar.
89.    Orang yang paling jahat dari pada penggunjing dan penyebar fitnah adal;ah orang yang senang mendengarkan mereka.
90.    Lapangkanlah selalu hati kita, karena apa yang dibangun oleh akal yang luas dapat dihancurkan oleh hati yang sempit.
91.    Jangan kita berbicara tanpa akal dan jangan bekerja tanpa perencanaan karena hasilnya akan kecil dan lebih jauhnya berantakan.
92.    Ikhlas adalah kunci kekuatan dalam cobaan, Ditengah kedukaan gempa Aceh, kepedulian dari kita semua merupakan bentuk perhatian yang sangat dibutuhkan mereka.
93.    Apabila kita memperoleh pangkal kenikmatan janganlah kita menghilangkan ujungnya karena hal itu merupakan tanda tidak bersyukur.
94.    Sungguh indah sekali dimata Allah jika kita mengamalkan kebajikan tetapi kita merahasiakannya.
95.    Allah memberikan rejeki kepada burung tetapi tidak dengan meletakkan rezeki itu disarangnya, maka sempurnakanlah sesuatunya dalam berikhtiar.
96.    Sirnalah kebahagiaan seorang wanita jika ia tidak mampu menjadikan suaminya kawan yang termulia.
97.    Orang yang takut mati tidak akan luput dari kematian dan ketahuilah orang yang mencintai dunia juga tidak akan hidup kekal.
98.    Orang tidak pernah merasakan pahit getirnya kemiskinan tidak akan merasakan lezatnya kekayaan.
99.    Orang yang rela mengorbankan kemerdekaannya berarti ia mengorbankan sifatnya sebagai manusia.
    100. Kalau Allah menghendaki keburukan seseorang maka dia menguasakan atasnya        
      pendengki yang tidak punya belas kasihan
    101. Sungguh aneh orang yang dipuji karena kebaikannya, sedangkan dia tidak                                                                                                                                        
            memiliki kebaikan apapun
    102. Kedermawanan sejati adalah bila memberikan sesuatu kepada orang lain                          
            sedangkan anda sendiri ikhlas memberikannya.
    103. Bahagiakanlah keluarga kita sebelum membahagiakan orang lain.
    104. Keluarga akan bahagia jika seluruh anggota keluarga merasa bahagia dan saling
            membahagiakan dan rumahnya.
105. Kita jadikan musibah membuat kita makin tunduk, rendah hati, gemar bersujud.
106. Jadikanlah ibadah tawaf di Baitullah menjadi sarana melatih kesabaran, hingga 
        kembalinya seseorang dari berhaji tumbuh dalam jiwanya sifat penyabar.
107. Puncak haji adalah saat wukuf di arafah yang menjadi puncak penghambaan 
        seseorang kepada Allah, maka hendaknya sorang yang berhaji senantiasa merasa  
        rendah diri.
108. Perjuangan penuh peluh bahkan darah saat melempar jumrah menjadi lambing perjuangan seseorang dalam melawan syetan dalam kehidupannya.
109. Orang pertama yang banyak mengambil manfaat dari tindakan membahagiakan orang lain adalah mereka yang menjadikan tindakan itu sebagai prioritas dalam hidup mereka.
110. Masa lalu itu sudah tidak ada, jangan sekali-kali hidup dalam mimpi buruk masa lalu, dan di bawah paying masa silam.
111. Jangan terlalu resah dengan musibah yang menimpa sebab dzat yang menentukan itu semua , punya surga, pahala, pengganti, dan ganjaran yang besar.
112. Allah akan senantiasa dekat jika dipanggil , senatiasa mendengar jika diseru, dan akan mengabulkan jika dimohon.
113. Berbuat baik itu seperti parfum yang memberikan manfaat kepada yang membawa, yang menjual, sekaligus yang membelinya.
114. Orang yang paling baik ialah yang mengetahui kekurangan diri dan memperbaikinya, sehingga bertambah kebaikannya.
115. Jadikanlah Allah sebagai tujuan setiap amal surga sebagai tempat kembali dan saudara sebagai ladang amal.
116. Orang yang sempurna ilmu dan dan imannya akan terlihat sempurna amalnya karena sempurna ketaqwaan kepada Allah.
117. Kenali kekurangan diri sendiri agar tidak sombong dan ketahui kelebihan diri sendiri agar tidak rendah diri.
118. Memikirkan kekurangan diri sendiri mendatangkan kemuliaan. sibuk melihat keburukan orang lain mendatangkan kehinaan.
119. Semakin cepat bertaubat kepada Allah atas kemaksiatan yang dilakukan niscaya akan semakin tenang hai kita.
120. Maafkan dan doakanlah orang – orang yang pernah berbuat tidak baik kepada kita, karena diberikan kepada seorang yang memafkan itu kemuliaan.
121. Kebahagiaan itu hanya diberikan kepada orang – orang yang gemar memberi, karenanya jauh lebih baik kita memberi sebelum tangan kita menerima.
122. Ketaatan dan ketawakalan tidak bersikap mubazir dan tidak melampaui batas adalah cirri dari muslim yang tawadlu.
123. Tumbuhkan kasih saying, karena ia akan melahirkan kemampuan mengendalikan diri dan mendzolimi orang lain.
124. Tidak ada yang lebih berbahaya dalam kehidupan berumah tangga kecuali jika membiarkan kemaksiatan didalamnya.
125. Jangan menunda berbuat kebaikan karena akan menutup kebaikan yang lainnya, menunda kebaikan menghilangkan  kesempatan untuk beramal.
126. Kesuksesan usaha adalah bertambahnya manfaat bagi sesama.
127. Berjuta manusia merasakan kenikmatan di Baitullah, seharusnya kenikmatan itupun menyertai ibadah – ibadah lainnya swpulang dari Baitullah.
128. Sikap berhati – hati dalam berkata dan berbuat lahir dari kemampuannya mengendalikan diri , itulah buah yang harus dipetik oleh orang – orang yang pulang dari Tanah Suci.
129. Bila kelapangan materi yang Allah berikan untuk berhaji membua bangga diri maka yang didapat hanyalah kehinaan belaka.
130. Haji yang mabrur tiada ganjarannya yang sesuai melainkan surga.
131. Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan jamuan Allah di Arofah, kecuali kita harus semakin memperbaiki kualitas diri sendiri.
132. Berkurban adalah jalan untuk melatih diri memupus rasa cinta akan dunia dan melatih jiwa untuk berbagi rizqi dengan yang lain.
133. Berbanggalah dengan predikat haji yang disandang hanya akan menghinakannya,namun jika kesederhanaan yang ditampakkan maka akan menambah kemuliaan.
134.  Apa yang kita kurbankan di dunia dari daging dan darahnya tidaklah berarti apa – apa kecuali jika bernilaiketakwaan.
135. Seseorang mulia bukan karena apa yang dimilikinya tapi karena pengorbanannya untuk memberikan manfaat dari orang lain.
136. Beragam keistimewaan dan keutamaan yang berpuncak pada surga yang menanti seseorang yang berhaji, namun hanya diperunukkan bagi orang – orang yang meraih haji mabrur.
137. Kekuatan terbesar dari kaa – kata yang kita ucapkan adalah pada saat kita mampu berbicara jujur.
138. Ungkapan terimakasih kita kepada orang lain adalah bagian rasa syukur kita kepada Allah, karena tidak dikatakan bersyukur orang yang tidak berterimakasih kepada sesama.
139. Bertindaklah yang diridoi Alah, karena sedikit saja tergelincir dalam dosa mampu memporak - porandakan kehidupan keluarga.
140. Rumah yang barokah adalah rumah yang memberikan kesejukan, ketenangan bagi penghuninya dan itu akan diperoleh jika rumah itu banyak dipakai untuk ngungat Allah.
141. Amanah mengemban peran dalam keluarga akan melahirkan keseimbangan yang pada akhirnya akan lahir keharmonisan.
142. Bagi  yang ridlo dengan ketentuan Allah, maka ia akan merasakan hikmah dibalik takdir Allah aas dirinya.
143. Ketika kita menerima ujian dan cobaan maka tidak ada jalan yang lebih menentramkan kecuali meyakini bahwa pemberi jalan terangan hanyalah Allah.
144. Saat menjalankan ibadah haji adalah saat menunjukkan ketaatan yang sempurna sebagai manusia kepada Allah.
145. Predikat haji tidak mulia bila menjadikan seseorang sombong dan merasa lebih dari orang lain.
146. Hikmah ibadah haji adalah pengorbanan, kesungguhan dan keyakinan yang kuat kepada Allah.
147. Berbahagialah bila diberi kemampuan menunaikan ibadah haji karena itu merupakan nikmat yang sangat besar bagi kaum muslim.
148. Kesempurnaan seorang muslim ialah mampu menjalankan semua rukun islam yang puncaknya adalah ibadah haji.
149. Bekal ilmu akan memudahkan dalam menjalankan ibadah haji, tanpa ilmu ibadah bisa rusak dan tidak diterima Allah.
150. Sungguh mulia yang hajinya Mabrur karena ia mendapat surga sebagai balasannya.
151. Orang baik bukan yang tanpa kekurangan, tapi yang selalu memperbaiki
         kekurangannya.
152. Berkorban jiwa dan hartaserta sungguh – sungguh mencapai kebaikan merupakan semangat haji mabrur.
153. Mabrurnya haji seseorang ialah bertambahnya amal solehnya, mulia akhlak dan kecintaannya kepada Allah dan Rosul-Nya.
154. Predikat haji bukan untuk dibanggakan kepada manusia tapi untuk dipertanggung jawabkan pada Allah.
155. Usaha yang berkah adalah yang menambah kebaikan dan tidak menzalimi orang lain.
156. Siapa yang dengan hajinya mampu menolak kemaksiatan maka mendapat keutamaa pahala haji.
157. Kejujuran adalah ketenangan, kebohongan adalah keresahan, malu adalah benteng pelindung, ilmu adalah hujjah, kefasihan adalah keindahan, diam adalah kebijaksanaan.
158. Dari Abu Qatadah, Rasulullah saw bersabda bahwa puasa hari assyura (10 Muharram) itu menghapuskan dosa 1 tahun yang telah lalu. (H.R.Muslim)
159. Mengapa harus menyerah jika berdiam diri tidak membuat waktu berhenti, rintangan hanyalah sebuah jeda kehidupan, penguji ketulusan perjuangan, jihad menggapai ridho Illahi. 4JJ1Akbar!!
160. “Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada 4JJ1 dan rasul2-Nya.”  (Q.S. 57:21)
161. Bahkan dalam letih pun seorang da’i tetap tersenyum, karena apa yang kita tunaikan menjadi jaminan bermakna untuk usia dan bermanfaat untuk kehidupan. Semoga kita bisa menjaga keikhlasan hingga tiap jerih payah kita bisa berbalas pahala-Nya.
162. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat 4JJ1. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”  (Q.S. 63:9)   .
sumber : e-book islami

Sekantong gorengan

0 komentar
Sekantong Gorengan

Insya Allah ini ada cerita yang cukup menarik...
smoga bisa mengambil hikmahnya....
met menikmati....

Seorang anak belasan tahun terduduk lemas di bawah
pohon di pinggiran jalan. Matanya yang sayu tampak
tengah mengamati antrian mobil di sepanjang jalan
Wijaya, Jakarta Selatan. “Mobil-mobil mewah” pikirnya.
Sejenak kuperhatikan matanya menerawang entah apa yang
dipikirkannya, namun yang kutahu pasti ia sangat
lelah. Itu bisa bisa dilihat dari seikat sapu lidi
yang bertengger bersama tubuhnya di pohon rindang,
juga seonggok sampah dalam sebuah keranjang besar.
Kutahu, ia seorang penyapu jalanan yang setiap pagi
tak pernah absen mengukur jalanan kota.

Tak kuasa rasanya kaki ini terus melangkah tanpa
berhenti menyapanya. Matanya yang sayu namun tajam itu
seperti menusuk hati ini dan memaku kuat kaki-kaki ini
untuk tak terus berlalu. Bukan, bukan mobil-mobil
mewah itu yang membuatnya menerawang, aku yakin, itu
hanya pelampiasan satu rasa yang sampai pagi ini
ditahannya. Dan kini, dari matanya, juga gerak lemah
tubuhnya, aku bisa menangkap rasa yang tertahan itu.

“Sudah makan dik?” sapaku dengan senyum yang
kupaksakan semoga menjadi yang termanis agar ia tak
merasa sungkan atau takut.

“Belum ...”. Benar dugaanku. Tubuhnya bergerak sedikit
bergeser semakin merapat dengan pohon, namun matanya
terus mengira-ngira siapa gerangan yang menyapanya.

"Ini, ambillah ...” sebungkus gorengan yang baru saja
kubeli di Prapatan dekat lampu merah serta sebotol
Aqua langsung menjadi miliknya. Seperti menggotong
gunung terbesar di dunia rasanya jika aku terus
mendekap makanan kecil tersebut tanpa peduli rasa
lapar yang ditahan anak itu.

“Nggak ... nggak usah ...” duh, ingin sekali hati ini
menangis. Sudah pasti kutahu ia sangat lapar, tapi
kenapa masih menolak pemberianku. Hmm, mungkin
senyumku kurang manis, atau bisa jadi ia masih
menangkap kekurang-ikhlasanku menyerahkan sarapan
pagiku kepadanya. Bisa saja, mata hatinya merasai
beratnya tangan ini saat terhulur bersama bungkusanku.
Bukan tidak mungkin ia mampu melihat lebih dalam niat
yang tersembul bersamaan dengan uluran tangan ini,
yakni sekedar ingin mendapatkan pujian atau perhatian
dari sekeliling.

Ah tidak. Takkan kubiarkan itu terjadi. Kulatih wajah
dan bibirku untuk bisa memancarkan senyum terindah
yang menyejukkan. Kurangkai betul-betul kalimat yang
semestinya keluar dari mulut ini agar tak
menakutkannya lagi, dan kuayun-ayunkan tangan ini
seperti senam kesegaran jasmani yang entah sudah
berapa tahun tak pernah kulakukan lagi, agar tangan
ini begitu ringan saat terhulur. Ahaaa ... hatiku
berteriak, mungkin karena sudah lama aku tak melakukan
senam, sehingga tangan ini semuanya menjadi kaku. Tapi
... bukan, bersedekah itu tidak ada kaitannya dengan
rajin senam, olahraga, apalagi angkat berat. Berarti,
untuk apa juga kulatih wajah dan bibirku tadi, dan
bersusah payah merangkai kata layaknyak seorang
pujangga tengah menyusun syair keagungan hanya sekedar
untuk menyodorkan sedekah.

“Ayo ... ambil saja ...” kali ini benar-benar
kuperbaiki senyumku, juga uluran tangan yang lebih
ringan. Tentu saja tanpa melakukan latihan-latihan
terlebih dahulu. Karena ini sekedar mengulang satu hal
yang sudah lama tak kulakukan. Ya! ... hatiku
berteriak lagi. Kutemukan jawabannya. Masalahnya bukan
soal wajah dan senyumku yang harus dipaksakan
semanis-manisnya, atau sudah sekian lamanya tak
bersenam tangan. Sesungguhnya, diri ini sudah lama tak
merasai duduk bersama, makan bersama dan berbagi
dengan mereka, anak-anak yatim, fakir miskin,
orang-orang yang lemah. Tangan ini sudah lama tak
terhulur untuk mereka, bahkan seringkali wajah dan
pandangan ini berpaling dari hentakan-hentakan kaki
lapar mereka, juga erangan penderitaan yang semestinya
memekakkan telinga ini.

Kuulangi tawaranku, tapi kali ini sambil duduk
disampingnya. Kalau saja pohon itu cukup untuk berbagi
sandaran, tentu aku akan bersandar pula dengannya,
sekedar untuk membuatnya nyaman, bahwa aku adalah dia,
dia adalah bagian dari aku. Itu saja intinya.
Untungnya, pohon itu terlalu kecil untuk tempat
berbagi, karena sesungguhnya, saat ini aku tidak lebih
membutuhkan sandaran itu. Cukuplah itu untuknya, aku
tak ingin merebut lahan kesejukannya. Mungkin saja,
selama ini hanya pohon itulah tempatnya bersandar,
memperdengarkan keluhannya, menempelkan peluhnya, dan
sesekali menjadi bantal tidurnya.

Ia sangat tahu, seandainya pohon itu memiliki tangan,
pastilah kehangatan pelukannya senantiasa dirasai.
Tapi bukankah Tangan-Tangan Allah bertebaran
dimana-mana? Saya yakin, keyakinan itulah yang
menjadikannya terus bersandar di pohon ciptaan Allah
itu, karena ia tahu, kapanpun, dimanapun ia
memasrahkan diri, Allah selalu disana. Bersama
orang-orang yang lemah, memeluk anak-anak yatim, dan
sangat dekat dengan fakir miskin.

Tanganku masih terhulur. Ia tak segera menyambutnya.
Hanya keraguan yang menyemburat dari wajahnya.

“Kalau saya ambil ini, mas makan apa?” Degg. Kali ini
aku tak ingin menangis. Ingin sekali kupeluk dia. Aneh
rasanya, di zaman seperti ini, saat banyak orang tak
peduli lagi dengan kepentingan orang lainnya, diwaktu
manusia yang satu menginjak manusia yang lainnya untuk
kepentingan pemuasan perutnya sendiri, dikala semakin
punahnya orang-orang yang mau memikirkan nasib orang
lain. Eh, anak ini, yang aku ikhlaskan sarapan pagiku
karena aku masih bisa membelinya lagi, malah berbalik
memikirkan ‘nasib’ku. “mas makan apa?” terbayang nggak
sih ...

“Sudah ... saya bisa beli lagi. Ini buat adik,” Senyum
diwajahnya memancarkan rasa syukur yang tak
tergambarkan, meski hanya sekantong gorengan dan
sebotol Aqua. Tanpa lupa mengucapkan terima kasih, ia
menyambut hangat tanganku.

“Aku yang berterima kasih sama kamu dik. Kalau kamu
tidak menerimanya, entah kapan lagi kesempatan terbaik
ini datang lagi kepadaku. Mungkin tangan ini akan
semakin kaku sehingga semakin sulit terhulur. Wajah
dan pandangan ini bahkan bukan lagi sekedar berpaling
saat kehadiranmu, tapi justru tak lagi melihat meski
tangismu bagai halilintar didepan hidungku. Kaki-kaki
ini tak lagi berhenti untuk sekedar mencari tahu, apa
yang tengah terjadi denganmu hari ini. Dan tak ada
lagi senyum keikhlasan dari hati ini untuk bisa duduk
bersama denganmu”. Aku teruskan langkahku tanpa
menoleh kebelakang, ungkapan rasa syukurku terus
terngiang mengiringi kelegaan dada yang tiba-tiba saja
kurasakan, entah karena apa.

sudahkah kita beramal dan bersedekah hari ini?
sumber Tikmal
buku islami

Doa untuk orang tua

0 komentar
~ DO’A UNTUK ORANG TUA ~

 (Diambil dari syahifah as-Sajjadiyah)
Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan
dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta
rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.



buku islami

keutamaan ilmu

0 komentar
Ilmu Pengetahuan dan Kebodohan




1. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')

2. Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu raka'at. (HR. Ibnu Majah)

3. Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)

4. Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)

5. Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

6. Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )

7. Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)

8. Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)

9. Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?" Nabi Saw menjawab, "Majelis-majelis taklim." (HR. Ath-Thabrani)

10. Apabila muncul bid'ah-bid'ah di tengah-tengah umatku wajib atas seorang 'alim menyebarkan ilmunya (yang benar). Kalau dia tidak melakukannya maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Tidak akan diterima sodaqohnya dan kebaikan amalannya. (HR.Ar-Rabii')

11. Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)

12. Seorang alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka dia akan ditakuti oleh segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari segala sesuatu. (HR. Ad-Dailami)

13. Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)

14. Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan seorang ulama, hukum yang zalim, dan hawa nafsu yang diperturutkan. (HR. Asysyihaab)

15. Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)

16. Barangsiapa dimintai fatwa sedang dia tidak mengerti maka dosanya adalah atas orang yang memberi fatwa. (HR. Ahmad)

17. Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)

18. Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)

19. Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)

20. Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur'an dan ahlinya[1], serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)

21. Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq'alaih)

22. Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)

23. Maafkanlah dosa orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta'ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir. (HR. Bukhari)

24. Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na'im)



--------------------------------------------------------------------------------

Catatan Kaki:



[1] Pengemban Al Qur'an dan ahlinya termasuk pembaca, penghafal, ahli tafsir, dan penegak ajaran Al Qur'an.



Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press


--------------------------------------------------------------------------------
buku islami

.:: HaditsWeb ::.

ini lah Rosul kita tercinta

0 komentar
MUHAMMAD RASULULLAH
Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Masjid Madinah pada jaman awal Islam senantiasa ramai dan penuh sesak dikunjungi oleh kaum Muslimin (sahabat-sahabat Nabi Saw). Terutama sekali sesudah shalat malam, dimana Nabi Muhammad Saw biasa memberikan berbagai macam pelajaran tentang ibadah, tentang politik, tentang ekonomi dan tentang hal-hal lainnya yang berguna bagi kemaslahatan manusia (baca: umatnya).

Tapi tatkala duduk didalam masjid itu, tidaklah kelihatan perbedaan antara Nabi dan para sahabatnya. Ia duduk seperti orang lain duduk, ia berpakaian sebagaimana sahabat-sahabatnya berpakaian, tempat duduk beliau tidak ditinggikan dan permadani yang menjadi alas duduknya tidak diistimewakan. Siapa saja berhak dan boleh duduk didekatnya.


Ketika ia berbicara, maka kelihatanlah wajahnya yang senantiasa
berseri-seri, suaranya tidak keras dan tidak terlalu pelan, tetapi lemah
lembut, sedap didengar dan mudah dipahami. Ia berbicara bukan saja melalui mulutnya, tetapi juga dengan sepenuh hatinya, sehingga setiap
kata yang diucapkan beliau, bukan saja kuping yang mendengar tetapi juga meresap jauh kerelung hati. Maka pada waktu itu pula ia menjawab
bermacam-macam pertanyaan yang diajukan umatnya.


Dan pernah ketika itu mesjid Madinah telah ramai lebih dahulu, sementara Nabi belum datang. Maka sewaktu ia muncul dipintu masjid,
berdirilah para sahabatnya untuk menghormati kedatangannya dan ingin
mengiringinya. Tetapi dilarangnya mereka berdiri dan Rasulullah berkata:

'Jangan kamu berdiri, aku bukanlah seorang raja, aku juga makan dan minum seperti kalian, aku hanyalah hamba Allah !'


Maka hadir kemasjid waktu itu, bukan saja menjadi kesukaan kaum muslimin dengan tujuan untuk mengerjakan ibadah shalat kepada Allah, akan tetapi juga kerinduan mereka ingin melihat wajah Nabinya yang selalu diliputi senyuman, memancarkan kasih sayang yang dalam dan kebaktian kepada Tuhan.


Jika ada diantara umatnya itu yang ingin membesarkan dirinya dan
memuji-mujinya secara berlebihan, maka disebutkannyalah bahwa
sahabat-sahabatnya juga lebih pantas menerima sanjungan itu.
Disebutnya kesetiaan Abu Bakar, diterangkannya keberanian Umar Bin
Khatab, dilukiskannya kelembutan hati dan kefasihan lidah Usman Bin Affan membaca Qur'an, kecerdasan dan kepintaran Ali Bin Abu Thalib, kedermawanan Siti Khadijah, ketabahan Bilal Bin Rabbah, ketaatan Abdullah Bin Mas'ud, keteguhan hati Ammar Bin Yasir dan sebagainya.

Jika ada pula umatnya yang memuji-muji keberanian beliau, maka dialihkannya perhatian umatnya itu kepada keberanian Hamzah Bin Abdul Muthalib, Khalid Bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya.


Kemudian bila ada orang yang berani melebihkan kedudukannya melebihi para Nabi dan Rasul terdahulu, maka Nabi Muhammad Saw lantas menegaskan : bahwa semua Nabi dan Rasul Tuhan itu adalah sama saja dihadapan Allah, lalu diceritakannya keteguhan hati Nabi Isa, ketekunan Nabi Yahya, Keimanan Nabi Zakaria, keteguhan Nabi Yusuf, kebesaran Nabi Sulaiman, ketabahan Nabi Ayub dan lain-lainnya.


"Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (QS. 4:163)

"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya dan tidak
membedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 4:152)

"Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. 2:136)

Maka dari cerita-cerita yang disampaikan itu jelaslah bahwa ia sangat
memuliakan semua Nabi dan Rasul, dan dirinya sendiri dinamakannya hanya sebagai penerus dari tugas para Rasul terdahulu.


"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 33:40)


"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul." (QS. 3:144)


Beliau besar tetapi tidak mau membesarkan diri. Ia agung tetapi tetap
rendah hati. DAn pada waktu ada umatnya yang ingin mencium tangannya, maka ia sendiri menarik tangannya penuh kelembutan.


Ditanyakannya perihal keadaan sahabatnya dan diberikannya pertolongan kepada mereka, dan kadang-kadang karena memberikan pertolongan kepada orang lain, beliau sendiri lupa akan dirinya. Digembirakan hati umatnya kepada kebajikan, dilarangnya siapa saja berbuat kejahatan dan kalau ada orang membuat kebohongan, maka wajahnya akan memerah tanda ia tidak suka.

pada suatu hari, ada seorang tua yang suka membersihkan masjid, tidak kelihatan hadir didalam masjid, Nabi lantas bertanya kepada
sahabat-sahabatnya : kemana orang tua itu, apakah ia sakit atau berhalangan. Seorang dari sahabatnya menerangkan bahwa : orang tua tersebut tidak ada lagi, telah meninggal dunia serta telah dikebumikan pula dengan baik.


Mendengar keterangan itu, Nabi Muhammad Saw kelihatan kaget sekali dan ia menanyakan : kenapa hal itu tidak diberitahukan kepadanya. Orang banyak menjawab bahwa : Rasulullah sudah terlalu sibuk dan kematian seorang tua biasa rasanya tidak perlu diketahuinya.

Jawaban itu amat tidak memuaskan bagi Nabi, kelihatan wajahnya berubah karena kesal dan karena sedih, dan ia menyatakan akan segera berziarah kekubur orang tua itu.


"Kuburnya jauh sekali, ya Rasulullah !" Ujar seorang sahabat.
Dan Nabi tetap akan menziarahinya. Diperingatkannya kepada para sahabatnya, bahwa semua manusia itu adalah sama kedudukannya, dan siapa yang bertakwa itulah yang lebih pantas mendapat kemuliaan dihadapan Allah.


"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. 2:197)


"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. 49:13)


Dan keesokan harinya, ia pergi berziarah, jauh diluar kota, padahal panas sangat teriknya. Sekembali dari ziarah itu, kelihatanlah bajunya yang basah oleh keringat dan berdebu, namun wajahnya tetap berseri-seri, mencerminkan kepuasan batinnya akan apa yang telah beliau lakukan.


Sungguh amat besar perhatiannya kepada semua orang, dan lebih-lebih kepada orang-orang yang hidupnya selalu diliputi kemiskinan. Pada suatu hari raya, ia sangat bergembira, namun ketika dipinggir jalan dilihatnya seorang anak piatu menangis berhiba hati, maka wajah beliaupun ikut bermuram durja.

Diangkatnya wajah anak itu dengan tangannya, dibujuknya hatinya yang sedih dan ditawarkannya : Apakah anak itu senang menjadikan dirinya sebagai ayahnya dan Aisyah sebagai ibunya?. Kemudian dibawanya anak itu kerumahnya dan barulah wajah beliau cerah kembali setelah anak tersebut ikut bergembira menikmati hari raya yang mulia.


Kalau ada temannya yang sakit, maka ia segera berkunjung dan tidak
ditunggunya sampai temannya itu mengalami sakit yang parah.

Berkata Abu Hurairah : 'Aku telah dikunjungi oleh Rasulullah, padahal aku cuma sakit mata sedikit saja.'


Kadang-kadang berkelakarlah ia dengan para sahabatnya itu, berkelakar
secara sopan, tetapi sangat menggembirakan hati.


Sekali dilihatnya seorang sahabat memakan korma, padahal sahabat itu sedang sakit sebelah matanya. Maka dengan nada kaget Nabi bertanya : 'Hai, bagaimana caranya memakan korma itu padahal matamu sakit sebelah?'


Sahabat itu rupanya mengerti akan kelakar Nabi, lalu ia menjawab sambil tersenyum : 'Korma ini kumakan dengan mataku yang sebelah lagi, ya Rasulullah !' Mendengar itu Rasulullah tersenyum.


Pada suatu hari yang lain, beliau melihat salah seorang sahabatnya naik kuda, lalu dengan bernada heran, Nabi bertanya : 'Hai, kenapa anda menaiki anak kuda itu ?'
'Ini bukan anak kuda, ya Rasulullah ! Ini adalah induk kuda !' jawab orang tersebut sambil melompat turun dari kudanya.
Nabi menjelaskan : 'Tiap induk kuda adalah anak kuda juga !', maka
laki-laki itu tersenyum dan Rasulullah ikut tersenyum pula.


Dihari lain pula, seorang tua menanyakan kepadanya : 'Apakah ia bisa masuk sorga dengan segala ibadah yang dikerjakannya ?' Nabi rupanya ingin berkelakar, lalu beliau menjawab : 'Didalam sorga tidak ada orang tua !'


Mendengar jawaban pendek dari Nabi itu, maka orang tua tadi hampir saja menangis dan menghempas-hempaskan kakinya. Tetapi Nabi cepat melanjutkan : 'Dalam sorga memang tidak ada orang tua, sebab semua orang akan menjadi muda kembali di sorga.'


Orang tua itupun tertawa terbahak-bahak mendengar kelakar Nabi dan Nabi-pun tersenyum bahagia.


Maka siapakah gerangan yang tidak akan senang dengan Nabi sebaik itu, siapakah orangnya yang akan merasa kerasan tinggal dirumahnya sendiri pada waktu shalat dan malam hari, dimana dimesjid, Nabi sedang memberikan bermacam-macam tuntunan hidup.


Ia sangat hormat kepada orang-orang yang lebih tua dan sangat pandai
bergaul dengan teman-teman sebayanya, beliau juga sangat kasih kepada anak-anak serta sangat hormat kepada wanita.


"Sepuluh tahun aku tinggal dirumahnya dan membantu urusan rumah tangganya" kata Anas Bin Malik, "Namun tidak pernah kudengar ia mengomel. Tak pernah ia mengucapkan : 'Ini kenapa begini ? atau Itu kenapa begitu ?"


Kata Aisyah, Istrinya : "Ia tidak pernah memukul anak-anak, ia tidak
pernah juga memukul pembantunya dan iapun tidak pernah memukul wanita !"


Bila ada orang-orang yang berhajat menemuinya, maka ialah yang lebih dulu menganggukkan kepala atau mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Tidak ditariknya tangannya dari berjabat tangan sebelum orang lain menarik duluan, dan jika ada diantara para sahabat yang berjabat tangan dengan ujung jarinya saja, maka ditariknya tangan sahabat itu, dan ia berkata sambil senyum : 'Jangan terlalu pelit.'


Dihormatinya semua orang, bahkan orang-orang yang sangat membencinyapun dihormatinya juga. Dikota Madinah, tidak ada orang sejahat Abdullah Bin Ubay, kepala kaum munafik yang selalu menyebarkan fitnah dan kekacauan.

Tetapi sewaktu Abdullah Bin Ubay wafat dan anaknya sendiri datang menemui Nabi dan memberitakan kematiannya, maka kelihatan benar rasa haru pada wajah yang mulia itu.


"Ayahku berwasiat supaya baju anda dapat dipakai untuk menyelimuti
jenasahnya !" Kata anak Abdullah Bin Ubay secara tidak sopan. Tetapi Nabi tidak marah, Nabi lantas menyalin bajunya dan memberikan bajunya waktu itu juga.

Sekali waktu ketika Nabi Muhammad Saw sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, lewatlah sebuah rombongan mengusung jenasah, lalu Nabi berdiri : menghormati jenasah itu.

Setelah lewat rombongan itu, maka para sahabat memberitahukan bahwa jenasah itu adalah jenasah orang Yahudi. Tetapi Nabi menjawab : "Aku tahu itu adalah jenasah Yahudi, tetapi bila manusia sudah wafat, maka keadaannya sama saja."


Aisyah berkata : "Tidak ada seorangpun daripada Rasulullah Saw !"
Jair Bin Abdullah : "Kapan saja aku menemui Rasulullah, selalu kulihat
beliau tersenyum."

Pernah Rasulullah memangku seorang anak bayi keluarga miskin, dan ibu dari anak tersebut terkejut ketika bayinya kencing diatas pangkuan Nabi. Tetapi Nabi hanya tersenyum dan ibu sianak disuruhnya bersenang hati.


Sebagai seorang suami, Nabi Muhammad Saw terkenal sebagai suami yang tidak pernah menurunkan tangan kasar maupun kata-kata keras kepada istri-istrinya. Suatu malam, terlambatlah beliau pulang dari masjid kerumahnya dan setelah pintu diketuknya berulang-ulang, Siti Aisyah tidak juga terbangun dan membuka pintu.

Maka tidurlah ia diberanda rumahnya sampai pagi, dijadikannya serbannya sebagai alas tidur dan dijadikannya lengannya sebagai bantal.


Ketika subuh, Siti Aisyah kaget melihatnya dan ia bertanya kenapa
Rasulullah tidak membangunkannya. Nabi menerangkan bahwa ia telah mengetuk pintu berulang-ulang, tetapi rupanya Aisyah tidur nyeyak sekali.


"Kenapa tidak engkau ketuk pintu sedikit keras, biar saya terbangun wahai Rasulullah ?" Tanya Aisyah.


Nabi menjawab dengan tersenyum : "Sedangkan Tuhan yang amat berkuasa atas segala hamba-Nya lagi tidak mengizinkan engkau terbangun, maka saya yang hanyalah seorang hamba Allah terlebih lagi tidak memiliki hak untuk membangunkanmu, hai Umairah."

Siti Aisyah kemudian meminta maaf kepada Nabi, tetapi Rasulullah tidak merasa bahwa istrinya itu bersalah, semuanya telah diatur oleh Allah.


Kadang-kadang beliau pulang kerumahnya, dan tidak ada makanan yang tersedia. "Belum ada makanan yang saya masak ya Rasulullah, yang ada hanya makanan yang masih mentah." Kata Aisyah.


Maka Nabipun tersenyum lalu ia pergi kedapur dan memasaknya sendiri dan setelah siap, makanlah mereka semuanya bersama-sama.


Nasihat serta saran yang diterimanya dari siapapun akan beliau terima jika memang hal itu bagus. Hal ini terlihat ketika peristiwa perang khandak, beliau menerima masukan dari sahabatnya, Salman Al-Parisy untuk membuat parit pertahanan sekitar kota Madinah.

Setelah mengadakan pertimbangan dan musyawarah bersama para sahabat yang lain, akhirnya usulan dari Salman Al-Parisi tersebut diterima. Maka bekerjalah mereka semua, termasuk Nabi sendiri untuk menggali parit pertahanan (khandak).


Ketika kota Mekkah berhasil ditundukkannya dan para sahabatnya memasuki kota Mekkah, maka Nabi memperlahankan jalan ontanya. Orang lain bersorak sorai karena kegembiraan, tetapi beliau sendiri menundukkan kepalanya kebumi dan matanya kelihatan basah menahan tangis. Menangis ia karena bersyukur dan pada waktu kemenangan tersebut, beliau berdoa memohon ampun kepada Allah.


Ia nyaris tidak pernah berbuat kesalahan hatinya pun suci dan hidupnya penuh pula diliputi kesucian. Namun meski demikian, ia selalu berdoa agar dosa-dosanya dan dosa-dosa umatnya diampuni oleh Allah, dan ia selalu membaca istighfar siang dan malam.

Menurut sebuah riwayat, ia membaca istighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali, adapula yang meriwayatkannya 200 kali.

Dan shalat malam (Tahajud) dikerjakannya setiap malam. Meskipun tidak jarang pada waktu itu keadaan tubuhnya begitu lelah dan penat, namun tiadalah Nabi merasa sungkan untuk beribadah kepada Allah.


Bilal Bin Rabah telah menyaksikan betapa Rasulullah itu tetap juga
mengerjakan shalat malam tatkala dalam perjalanan. Bertanya Bilal : "Engkau shalat lagi ya Rasulullah ! Bukankah dosamu tidak ada dan engkau telah dijamin Allah masuk sorga ?"

Nabi menjawab : "Tidakkah engkau bergembira ya Bilal, bila aku beribadah kepada Tuhanku ?"

Namun sungguh bagi pemikiran yang sederhana,..akan sulitlah mengerti. Dan ketidakmengertian ini tidak bisa dipaksakan mengerti hanya oleh sebuah dekrit "ini perintah Allah" lalu titik.

Bukankah kita dituntut mengajarkan dengan cara hikmah ?

Cobalah berpikir, tidak usahlah orang Islam sendiri yang mengakui kerasulan Muhammad, orang lain yang begitu mengerti sosok pribadi Muhammad pasti akan bisa mencintai dan mempercayai beliau. Jika anda tak mampu memahami hingga begitu dalam, lihatlah sosok-sosok pribadi para manusia yang mencintai beliau, hingga sekarang.

Seseorang yang berpribadi baik, sungguh tak masuk akal jika dia mengikuti sosok pribadi yang tidak jauh lebih baik dari dirinya.

Kemudian jika sebaliknya, seseorang yang ingin berkarakter sempurna
sebagaimana Nabi mencontohkannya, tentulah mustahil dicapai tanpa dia mencintai Nabi dan setia kepada beliau.

Kalau setia dan cinta saja tidak,.....lalu bagaimana mencapainya ?


Ingatlah suatu riwayat seorang pemuda yang berkeinginan untuk bertobat dari maksiat akan tetapi sangat berat meninggalkannya, dari Nabi hanya mintai janji," ..akan tetapi kamu tidak boleh bohong padaku !" Hanya tidak boleh bohong pada Nabi, dan pemuda ini begitu mematuhinya, dia bisa lepas dari kemaksiatan. Karena setiap dia melakukannya, merasa malu kepada beliau, dan jika dia melakukannya dan membohongi Nabi dia berarti melanggar janjinya.

Bagi sesama hamba Allah yang beriman, jika dia mencintai sesuatu, buah dari rasa cinta itu tumbuhlah ridho. Tentang ridho ini sungguh adalah hasil dari sebuah hubungan yang sangat spesial. Hingga suatu kali seorang hamba di akhirat kelak masih merasa berkekurangan dengan ditempatkannya di syurga, dipanggillah dia oleh Allah, dan dia ditanya mengapa demikian.

" Karena yang aku mau sebenarnya adalah ridlo-Mu Ya Allah !"

Manusiawi, kalau perlu saya katakan sangat alami, jika seseorang mencintai orang lain, pasti selalu berupaya untuk menyenangkan orang lain yang dicintainya itu.

Apakah bisa seorang muslim mencintai dan meridhoi seseorang hingga dia bisa menahan doanya untuk orang yang dicintainya itu ?

Sudahkah anda tahu sekarang bahwa mencintai Nabi adalah kesempurnaan anda dalam beriman ? Jika sudah, masihkah anda 'kelu' untuk menyampaikan salam kepada beliau ?

Wassalam,

Armansyah

Copyright© 2006, Armansyah  http://armansyah.swaramuslim.net  armansyah_skom@telkom.net
buku islami

SHOLAT MALAM MENGHAPUS DOSA

1 komentar
SHOLAT MALAM MENGHAPUS DOSA


Dari Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, beritahu aku amal yang akan memasukanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka”. Beliau bersabda, “Engkau telah bertanya tentang masalah yang besar. Namun itu adalah perkara yang mudah bagi siapa yang dimudahkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala. Engkau harus menyembah Alloh dan jangan menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebajikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api, dan shalat di tengah malam.” Kemudian beliau membaca ayat. “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….” Hingga firman-Nya, “…sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (As-Sajdah 16-17). Kemudian beliau bersabda kembali, “Maukah kalian kuberitahu pangkal agama, tiangnya dan puncak tertingginya?”. Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pokok urusan adalah Islam (masuk Islam dengan syahadat,-pent), tiangnya adalah sholat, dan puncak tertingginya adalah jihad.” Kemudian beliau melanjutkan, “Maukah kalian kuberitahu tentang kendali bagi semua itu?” Saya menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini.” Saya berkata, “Wahai Nabi Alloh, apakah kita akan disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Beliau menjawab, “Celaka kamu. Bukankah banyak dari kalangan manusia yang tersungkur kedalam api neraka dengan mukanya terlebih dahulu (dalam riwayat lain: dengan lehernya terlebih dahulu) itu gara-gara buah ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)

ILMU YANG BERMANFAAT
Ilmu yang semestinya ditekuni dan dikejar adalah ilmu yang bisa memasukan ke surga dan menyelamatkan dari api neraka. Inilah ilmu yang betul-betul bermanfaat. Perlu diperhatikan bahwa ada keasyikan tersendiri tatkala menuntut ilmu. Maka barang siapa yang keasyikannya melalaikan dia dari hakikat dicarinya ilmu, maka telah melampaui batas.

Pengamalan ilmu pada dasarnya sesuatu yang berat, tetapi terasa mudah bagi yang mendapat kemudahan dari Alloh.

IBADAH
Ibadah hanya boleh ditujukan kepada Alloh. Menunjukkan ibadah kepada selain Alloh adalah syirik. Ibadah hanya kepada Alloh dan tidak berbuat syirik merupakan inti risalah para Rasul. Seseorang yang telah menunaikan ibadah hanya kepada Alloh dan tidak berbuat syirik dinamakan muwahhid.

Syirik ada dua macam, yaitu syirik akbar dan ashgor. Seseorang yang melakukan syirik akbar dinamakan musyrik dan hilang tauhidnya jika sebelumnya dia seorang muwahid. Pelaku syirik ashgor telah berdosa besar dan berkurang tauhidnya, tetapi tidak hilang tauhidnya.

JIHAD FI SABILILLAH
Jihad membedakan agama Islam dengan agama yang lain, seperti punuk membedakan unta dengan binatang yang lainnya. Hukum jihad ada yang wajib dan ada yang sunnah. Yang wajib terbagi dua, wajib aini dan wajib kifayah. Perincian selanjutnya ada dalam kitab fikih.

Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id

Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)


--------------------------------------------------------------------------------
sumber
.:: HaditsWeb ::.

keimanan kunci kebahagiaan

1 komentar
keimanan kunci kebahagiaan

Bab Ke-1: Sabda Nabi saw., "Islam itu didirikan atas lima perkara."[1] Iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Ia dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)" (al-Fath: 4), "Kami tambahkan kepada mereka petunjuk."(al-Kahfi: 13), "Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk." (Maryam: 76), "Orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya" (Muhammad: 17), "Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya" (al-Muddatstsir: 31), "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya." (at-Taubah: 124), "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka." (Ali Imran: 173), dan "Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (kepada Allah)." (al-Ahzab: 22) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah adalah sebagian dari keimanan.

1.[2] Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Adi bin Adi sebagai berikut, "Sesungguhnya keimanan itu mempunyai beberapa kefardhuan (kewajiban), syariat, had (yakni batas/hukum), dan sunnah. Barangsiapa mengikuti semuanya itu maka keimanannya telah sempurna. Dan barangsiapa tidak mengikutinya secara sempurna, maka keimanannya tidak sempurna. Jika saya masih hidup, maka hal-hal itu akan kuberikan kepadamu semua, sehingga kamu dapat mengamalkan secara sepenuhnya. Tetapi, jika saya mati, maka tidak terlampau berkeinginan untuk menjadi sahabatmu." Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata dengan mengutip firman Allah, "Walakin liyathma-inna qalbii" 'Agar hatiku tetap mantap [dengan imanku]'. (al-Baqarah: 260)

2.[3] Mu'adz pernah berkata kepada kawan-kawannya, "Duduklah di sini bersama kami sesaat untuk menambah keimanan kita."

3.[4] Ibnu Mas'ud berkata, "Yakin adalah keimanan yang menyeluruh."

4.[5] Ibnu Umar berkata, "Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat takwa yang sebenarnya kecuali ia dapat meninggalkan apa saja yang dirasa tidak enak dalam hati."

5.[6] Mujahid berkata, "Syara'a lakum" (Dia telah mensyariatkan bagi kamu) (asy-Syuura: 13), berarti, "Kami telah mewasiatkan kepadamu wahai Muhammad, juga kepadanya[7] untuk memeluk satu macam agama."

6.[8] Ibnu Abbas berkata dalam menafsiri lafaz "Syir'atan wa minhaajan", yaitu jalan yang lempang (lurus) dan sunnah.

7.[9] "Doamu adalah keimananmu sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya, "Katakanlah, Tuhanku tidak mengindahkan (memperdulikan) kamu, melainkan kalau ada imanmu." (al-Furqan: 77). Arti doa menurut bahasa adalah iman.

5. Ibnu Umar berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Islam dibangun di atas lima dasar: 1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah; 2) menegakkan shalat; 3) membayar zakat; 4) haji; dan 5) puasa pada bulan Ramadhan.'"

Bab Ke-2: Perkara-Perkara Iman dan firman Allah, "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. "(al-Baqarah: 177) Dan firman Allah, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (al-Mu'miniin: 1)

6. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Iman itu ada enam puluh lebih cabangnya, dan malu adalah salah satu cabang iman."[10]

Bab Ke-3: Orang Islam Itu Ialah Seseorang yang Orang-Orang Islam Lain Selamat dari Ucapan lisannya dan Perbuatan Tangannya

7. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah."

Bab Ke-4: Islam Manakah yang Lebih Utama?

8. Abu Musa r.a. berkata, "Mereka (para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang lebih utama?' Beliau menjawab, 'Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya. "'

Bab Ke-5: Memberikan Makanan Itu Termasuk Ajaran Islam

9. Abdullah bin Amr r.a. mengatakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., "Islam manakah yang lebih baik?" Beliau bersabda, "Kamu memberikan makanan dan mengucapkan salam atas orang yang kamu kenal dan tidak kamu kenal."



Bab Ke-6: Termasuk Iman Ialah Apabila Seseorang Itu Mencintai Saudaranya (Sesama Muslim) Sebagaimana Dia Mencintai Dirinya Sendiri


10. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri."


Bab Ke-7: Mencintai Rasulullah saw. Termasuk Keimanan

11. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya (kekuasaan-Nya), salah seorang di antara kamu tidak beriman sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orang tua dan anaknya."


12. Anas r.a. berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Salah seorang di antaramu tidak beriman sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya, anaknya, dan semua manusia.'"


Bab Ke-8: Manisnya Iman


13. Dari Anas r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, "Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia mendapat manisnya iman yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan ia benci untuk kembali ke dalam kekafiran (1/11) sebagaimana bencinya untuk dicampakkan ke dalam neraka."



Bab Ke-9: Tanda Keimanan Ialah Mencintai Kaum Anshar


14. Dari Anas r.a. bahwa Nabi saw bersabda, "Tanda iman adalah mencintai orang-orang Anshar dan tanda munafik adalah membenci orang-orang Anshar"



Bab Ke-10:


15. Dari Ubadah bin Shamit r.a - Ia adalah orang yang menyaksikan yakni ikut bertempur dalam Perang Badar (bersama Rasulullah saw. 4/251). Ia adalah salah seorang yang menjadi kepala rombongan pada malam baiat Aqabah - (dan dari jalan lain: Sesungguhnya aku adalah salah satu kepala rombongan yang dibaiat oleh Rasulullah saw.) bahwa Rasulullah saw. bersabda dan di sekeliling beliau ada beberapa orang sahabatnya (Dalam riwayat lain : ketika itu kami berada di sisi Nabi saw dalam suatu majelis 8/15) [dalam suatu rombongan, lalu beliau bersabda 8/18, "Kemarilah kalian"], "Berbaiatlah kamu kepadaku (dalam riwayat lain: Kubaiat kamu sekalian) untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak membunuh anak-anakmu (dan kamu tidak akan merampas). Jangan kamu bawa kebohongan yang kamu buat-buat antara kaki dan tanganmu, dan janganlah kamu mendurhakai(ku) dalam kebaikan. Barangsiapa di antara kamu yang menepatinya, maka pahalanya atas Allah. Barang siapa yang melanggar sesuatu dari itu dan dia dihukum (karenanya) di dunia, maka hukuman itu sebagai tebusannya (dan penyuci dirinya). Dan, barangsiapa yang melanggar sesuatu dari semua itu kemudian ditutupi oleh Allah (tidak terkena hukuman), maka hal itu terserah Allah. Jika Dia menghendaki, maka Dia memaafkannya. Dan, jika Dia menghendaki, maka Dia akan menghukumnya." (Ubadah berkata ), "Maka kami berbaiat atas hal itu."



Bab Ke- 11: Lari dari Berbagai Macam Fitnah adalah Sebagian dan Agama

(Imam Bukhari mengisnadkan dalam bab ini hadits Abu Sa'id al-Khudri yang akan datang kalau ada izin Allah dalam Al Manaqib 61/25 - Bab")



Bab Ke-12: Sabda Nabi Saw., "Aku lebih tahu di antara kamu semua tentang Allah"[11], dan bahwa pengetahuan (ma'rifah ) ialah perbuatan hati sebagaimana firman Allah, "Walaakin yuaakhidzukum bimaa kasabat quluubukum 'Tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) dalam hatimu'." (al-Baqarah: 225)


16. Aisyah r.a. berkata, "Apabila Rasulullah saw. menyuruh mereka, maka beliau menyuruh untuk beramal sesuai dengan kemampuan. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami tidak seperti keadaan engkau wahai Rasulullah, karena Allah telah mengampuni engkau terhadap dosa yang terdahulu dan terkemudian.' Lalu beliau marah hingga kemarahan itu diketahui (tampak) di wajah beliau. Kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya orang yang paling takwa dan paling kenal tentang Allah dari kamu sekalian adalah saya.'"



Bab Ke-13: Barangsiapa yang Benci untuk Kembali kepada Kekufuran Sebagaimana Kebenciannya jika Dilemparkan ke dalam Neraka adalah Termasuk Keimanan

(Imam Bukhari mengisnadkan dalam bab ini hadits Anas yang telah disebutkan pada nomor 13).


Bab Ke-14: Kelebihan Ahli Iman dalam Amal Perbuatan


17. Abu Said al-Khudri berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Ketika aku tidur, aku bermimpi manusia. Diperlihatkan kepadaku mereka memakai bermacam-macam baju, ada yang sampai susu, dan ada yang (sampai 4/201) di bawah itu. Umar ibnul Khaththab diperlihatkan juga kepadaku dan ia memakai baju yang ditariknya.' Mereka berkata, 'Apakah takwilnya, wahai Rasulullah?' Nabi bersabda, 'Agama.'"



Bab Ke-15: Malu Termasuk Bagian dari Iman


18. Salim bin Abdullah dari ayahnya, mengatakan bahwa Rasulullah saw lewat pada seorang Anshar yang sedang memberi nasihat (dalam riwayat lain: menyalahkan 7/100) saudaranya perihal malu. (Ia berkata, "Sesungguhnya engkau selalu merasa malu", seakan-akan ia berkata, "Sesungguhnya malu itu membahayakanmu.") Lalu, Rasulullah saw. bersabda, "Biarkan dia, karena malu itu sebagian dari iman."



Bab Ke-16: Firman Allah "Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan." (at-Taubah: 5)

19. Ibnu Umar ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu, maka terpelihara daripadaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka atas Allah."



Bab Ke-17: Orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya keimanan itu adalah amal perbuatan, berdasarkan pada firman Allah Ta'ala, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan (dalam kehidupan)." (az-Zukhruf: 72)


8.[12] Ada beberapa orang dari golongan ahli ilmu agama mengatakan bahwa apa yang difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam surah al-Hijr ayat 92-93, "Fawarabbika lanas-alannahum ajma'iina 'ammaa kaanuu ya'maluuna" 'Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu', adalah tentang kalimat "laa ilaaha illallaah" 'Tiada Tuhan selain Allah'. Dan firman Allah, "Limitsli haadzaa falya'malil 'aamiluun" 'Untuk kemenangan semacam ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja'." (ash-Shaaffat: 61)


20. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. ditanya, "Apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab, "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad (berjuang) di jalan Allah." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Haji yang mabrur."



Bab Ke-18: Jika masuk Islam tidak dengan sebenar-benarnya tetapi karena ingin selamat atau karena takut dibunuh. Hal tersebut dapat terjadi, karena Allah telah berfirman, "Orang-orang Badui itu berkata, 'Kami telah beriman.' Katakanlah (wahai Muhammad), 'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah tunduk." (al-Hujuurat: 14). Dan, jika masuk Islam dengan sebenar-benarnya, maka hal itu didasarkan pada firman Allah, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam" (Ali Imran: 19), "Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya."(Ali-Imran: 85)


21. Dari Sa'ad r.a. bahwa Rasulullah saw. memberikan kepada sekelompok orang, dan Sa'ad sedang duduk, lalu Rasulullah saw meninggalkan seorang laki-laki (Beliau tidak memberinya, dan 2/131). Lelaki itu adalah orang yang paling menarik bagi saya (lalu saya berjalan menuju Rasulullah saw. dan saya membisikkan kepadanya) lantas saya berkata, "wahai Rasulullah, ada apakah engkau terhadap Fulan? Demi Allah saya melihat dia seorang mukmin." Beliau berkata, "Atau seorang muslim." Saya diam sebentar, kemudian apa yang saya ketahui dari Beliau itu mengalahkan saya, lalu saya ulangi perkataan saya. Saya katakan, "Ada apakah engkau terhadap Fulan? Demi Allah saya melihatnya sebagai sebagai seorang mukmin." Beliau berkata, "Atau seorang muslim". Saya diam sebentar, kemudian apa yang saya ketahui dari Beliau mengalahkan saya, dan Rasulullah saw. mengulang kembali perkataannya. (Dan dalam satu riwayat disebutkan: kemudian Rasulullah saw. menepukkan tangannya di antara leher dan pundakku). Kemudian beliau bersabda, "(Kemarilah) wahai Sa'ad! Sesungguhnya saya memberikan kepada seorang laki-laki sedang orang lain lebih saya cintai daripada dia, karena saya takut ia dicampakkan oleh Allah ke dalam neraka."

Abu Abdillah berkata, "Fakubkibuu 'dibolak-balik'. Mukibban, seseorang itu akabba apabila tindakannya tidak sampai menjadi kenyataan terhadap seseorang lainnya. Apabila tindakan itu terjadi dalam kenyataan, maka saya katakan, "Kabbahul-Laahu bi wajhihi 'Allah mencampakkan wajahnya', wa kababtuhu ana 'dan saya mencampakkannya'." [Abu Abdillah berkata, "Shalih bin Kaisan[13] lebih tua daripada az-Zuhri, dan dia telah mendapati Ibnu Umar" 2/132].



Bab ke-19: Salam Termasuk Bagian Dari Islam


9.[14] Ammar berkata, "Ada tiga perkara yang barangsiapa yang dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit."


(Saya [Al-Albani] mengisnadkan dalam bab ini hadits yang telah disebutkan di muka pada nomor 9 [bab 5]).


Bab Ke-20: Mengkufuri Suami, dan Kekufuran di Bawah Kekufuran

Dalam bab ini terdapat riwayat Abu Said dari Nabi saw. (Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya sepotong dari hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada [16 - al-Kusuf  / 8 - Bab])."


Bab Ke-21: Kemaksiatan Termasuk Perbuatan Jahiliah, dan Pelakunya tidak Dianggap Kafir Kecuali Jika Disertai dengan Kemusyrikan, mengingat sabda Nabi saw., "'Sesungguhnya kamu adalah orang yang ada sifat kejahiliahan dalam dirimu'." Dan firman Allah Ta'ala, 'Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya'." (an-Nisaa': 48)


Bab Ke-22: "Apabila Dua Golongan Kaum Mukminin Saling Berperang, Maka Damaikanlah Antara Keduanya Itu" (al-Hujuraat : 9), dan Mereka Itu Tetap Dinamakan Kaum Mukminin.


22. Ahnaf bin Qais berkata, "Aku pergi (dengan membawa senjataku pada malam-malam fitnah 8/92) hendak memberi pertolongan kepada orang lain, (dalam riwayat lain: anak paman Rasulullah saw.) kernudian aku bertemu Abu Bakrah, lalu ia bertanya, 'Hendak ke manakah kamu?' Aku menjawab, 'Aku hendak memberi pertolongan kepada orang ini.' Abu Bakrah berkata, 'Kembali sajalah.' Karena saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila dua orang Islam bertemu dengan pedangnya (berkelahi), maka orang yang membunuh dan orang yang dibunuh sama-sama di neraka.' Lalu kami bertanya, 'Ini yang membunuh, lalu bagaimanakah orang yang dibunuh?' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya ia (orang yang terbunuh) berkeinginan keras untuk membunuh temannya.'"



Bab Ke-23: Kezaliman yang Tingkatnya di Bawah Kezaliman

23. Abdullah (bin Mas'ud) berkata, "Ketika turun [ayat ini 8/481, 'Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk' (al-An'aam: 82), maka hal itu dirasa sangat berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah saw. (Maka mereka berkata, 'Siapakah gerangan di antara kita yang tidak pernah menganiaya dirinya?' Lalu Allah menurunkan ayat, 'Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.' (Luqman: 13) (Dan dalam riwayat lain : Rasulullah saw. bersabda, Tidak seperti yang kamu katakan itu. (Mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman). Itu ialah kemusyrikan. Apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman kepada anaknya bahwa sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar?)



Bab Ke-24: Tanda-Tanda Orang Munafik


24. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, 'Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia ingkar, dan apabila dipercaya dia berkhianat."


25. Abdullah bin Amr mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Empat (sikap 4/69) yang barangsiapa terdapat pada dirinya keempat sikap itu, maka dia adalah seorang munafik yang tulen. Barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari sifat sifat itu, maka pada dirinya terdapat salah satu sikap munafik itu, sehingga dia meninggalkannya. Yaitu, apabila dipercaya dia berkhianat (dan dalam satu riwayat: apabila berjanji dia ingkar), apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar dia curang."


Bab Ke-25: Mendirikan Shalat Pada Malam Lailatul Qadar Termasuk Keimanan


26. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah saw, bersabda, 'Barangsiapa yang menegakkan (shalat) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.'"


Bab Ke-26: Melakukan Jihad Termasuk Keimanan


27. Abu Hurairah mengatakan bahwa (dan dalam jalan lain disebutkan: Dia berkata, "Saya mendengar 3/203) Nabi saw. bersabda, 'Allah menjamin orang yang keluar di jalan Nya, yang tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena iman kepada Nya dan membenarkan rasul-rasul Nya, bahwa Dia akan memulangkannya dengan mendapatkan pahala atau rampasan (perang), atau Dia memasukkannya ke dalam surga. Kalau bukan karena akan memberatkan umatku, niscaya saya tidak duduk-duduk di belakang. (Dari jalan lain disebutkan: Demi Zat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, kalau bukan karena khawatir bahwa banyak orang dari kaum mukminin tidak senang hatinya ketinggalan dari saya, dan saya tidak dapat mengangkut mereka, niscaya saya tidak akan tertinggal dari 3/ 203) pasukan [yang berperang di jalan Allah]. [Tetapi, saya tidak mendapatkan kendaraan dan tidak mendapatkan sesuatu untuk mengangkut mereka, dan berat bagi saya kalau mereka tertinggal dari saya 8/11]. [Dan demi Zat yang diriku berada dalam genggaman Nya 8/ 128] sesungguhnya saya ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi, kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi."



Bab Ke-27: Melakukan Sunnah Shalat Malam Bulan Ramadhan Termasuk Keimanan


28. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menunaikan shalat malam Ramadhan (tarawih) karena iman dan mengharap keridhaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."



Bab Ke-28: Melakukan Puasa Ramadhan Karena Mengharap Keridhaan Allah Termasuk Keimanan

29. Abu Hurairah berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."



Bab Ke-29: Agama Itu Mudah,[15] dan Sabda Nabi saw., "Agama yang Paling Dicintai Allah Ialah yang Lurus dan Lapang."

30. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan seseorang memberat-beratkan diri dalam beragama melainkan akan mengalahkannya. Maka, berlaku luruslah, berlaku sedanglah, bergembiralah, dan mintalah pertolongan pada waktu pagi, sore, dan sedikit pada akhir malam."



Bab Ke-30: Shalat Termasuk Iman, dan Firman Allah, "Allah tidak akan menyia-nyiakan keimananmu", yakni Shalatmu di Sisi Baitullah

31. Al-Barra' mengatakan bahwa ketika Nabi saw. pertama kali tiba di Madinah, beliau singgah pada kakek-kakeknya atau paman-pamannya dari kaum Anshar. Beliau melakukan shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan. Tetapi, beliau senang kalau kiblatnya menghadap ke Baitullah. (Dan dalam satu riwayat disebutkan: dan beliau ingin menghadap ke Ka'bah 1/104). Shalat yang pertama kali beliau lakukan ialah shalat ashar, dan orang-orang pun mengikuti shalat beliau. Maka, keluarlah seorang laki-laki yang telah selesai shalat bersama beliau, lalu melewati orang-orang di masjid [dari kalangan Anshar masih shalat ashar dengan menghadap Baitul Maqdis] dan ketika itu mereka sedang ruku. Lalu laki-laki itu berkata, "Aku bersaksi demi Allah, sesungguhnya aku telah selesai melakukan shalat bersama Rasulullah saw dengan menghadap ke Mekah." Maka, berputarlah mereka sebagaimana adanya itu menghadap ke arah Baitullah [sambil ruku 8/134], [sehingga mereka semua menghadap ke arah Baitullah].

Orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab suka kalau Rasulullah saw. shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Maka, ketika beliau menghadapkan wajahnya ke arah Baitullah, mereka mengingkari hal itu, [lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat 144 surat al-Baqarah, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit." Lalu, beliau menghadap ke arah Ka'bah. Maka, berkatalah orang-orang yang bodoh, yaitu orang-orang Yahudi, "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah, "Kepunyaan Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus." 7/104]. [Dan orang-orang yang telah meninggal dunia dan terbunuh dengan masih menghadap kiblat sebelum dipindahkannya kiblat itu, maka kami tidak tahu apa yang harus kami katakan tentang mereka, lalu Allah menurunkan ayat, "Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" (Surat al-Baqarah - 143)].



Bab Ke-31: Baiknya Keislaman Seseorang


6.[16] Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."


32. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, Apabila seseorang di antara kamu memperbaiki keislamannya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya ditulis untuknya sepuluh kebaikan yang seperti itu hingga tujuh ratus kali lipat. Dan setiap kejelekan yang dilakukannya ditulis untuknya balasan yang sepadan dengan kejelekan itu."



Bab Ke-32: Amalan dalam Agama yang Paling Dicintai Allah Azza wa Jalla Ialah yang Dilakukan Secara Konstan (Terus Menerus / Berkesinambungan)

33. Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw: masuk ke tempatnya dan di sisinya ada seorang wanita [dari Bani Asad 2/48], lalu Nabi bertanya, "Siapakah ini?" Aisyah menjawab, "Si Fulanah [ia tidak pernah tidur malam], ia menceritakan shalatnya." Nabi bersabda, "Lakukanlah [amalan] menurut kemampuanmu. Karena demi Allah, Allah tidak merasa bosan (dan dalam satu riwayat: karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan) sehingga kamu sendiri yang bosan. Amalan agama yang paling disukai-Nya ialah apa yang dilakukan oleh pelakunya secara kontinu (terus menerus / berkesinambungan)."



Bab Ke-33: Keimanan Bertambah dan Berkurang. Firman Allah, "Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk" (al-Muddatstsir: 31) dan "Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu" (al-Maa'idah: 3). Apabila seseorang meninggalkan sebagian dari kesempurnaan agamanya, maka agamanya tidaklah sempurna.


34. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17]) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."


35. Umar ibnul-Khaththab r.a. mengatakan bahwa seorang Yahudi berkata (dan dalam suatu riwayat: beberapa orang Yahudi berkata 5/127) kepadanya, "Wahai Amirul Mu'minin, suatu ayat di dalam kitabmu yang kamu baca seandainya ayat itu turun atas golongan kami golongan Yahudi, niscaya kami jadikan hari raya." Umar bertanya, "Ayat mana itu?" Ia menjawab, "Al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii waradhiitu lakumul islaamadiinan" 'Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan atasmu nikmat-Ku dan Aku rela Islam sebagai agamamu'." Lalu Umar berkata, "Kami telah mengetahui hari itu dan tempat turunnya atas Nabi saw., yaitu beliau sedang berdiri di Arafah pada hari Jumat. [Demi Allah, saya pada waktu itu berada di Arafah]."



Bab Ke-34: Membayar Zakat adalah Sebagian dari Islam. Firman Allah, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."


36. Thalhah bin Ubaidillah r.a. berkata, "Seorang laki-laki (dalam satu riwayat disebutkan: seorang Arab dusun 2/225) penduduk Najd datang kepada Rasulullah saw. dengan morat-marit (rambut) kepalanya. Kami mendengar suaranya tetapi kami tidak memahami apa yang dikatakannya sehingga dekat. Tiba-tiba ia bertanya tentang Islam (di dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ia berkata, 'Wahai Rasulullah, beri tahukanlah kepadaku, apa sajakah shalat yang diwajibkan Allah atas diriku?). Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Shalat lima kali dalam sehari semalam." Lalu ia bertanya lagi, "Apakah. ada kewajiban atasku selainnya?" Beliau bersabda, "Tidak, kecuali kalau engkau melakukan yang sunnah." Rasulullah saw. bersabda, "Dan puasa (dan di dalam satu riwayat disebutkan: "Beri tahukanlah kepadaku, apa sajakah puasa yang diwajibkan Allah atasku?" Lalu beliau menjawab, "Puasa pada bulan") Ramadhan." Ia bertanya lagi, "Apakah ada kewajiban atasku selainnya?" Beliau bersabda, "Tidak, kecuali sunnah." [Lalu dia berkata, "Beri tahukanlah kepadaku, apakah zakat yang diwajibkan Allah atasku?" 2/225]. Thalhah berkata, "Rasulullah saw. menyebutkan kepadanya zakat" (Dan dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam). Lalu dia bertanya, "Apakah ada kewajiban selainnya atas saya?" Beliau menjawab, "Tidak, kecuali jika engkau mau melakukan yang sunnah." Kemudian laki-laki itu berpaling seraya berkata, "Demi Allah, saya tidak menambah dan tidak pula mengurangi [sedikit pun dari apa yang telah diwajibkan Allah atas diri saya] ini." Rasulullah saw bersabda, "Berbahagialah dia, jika (dia) benar."


Bab Ke-35: Mengantarkan Jenazah adalah Sebagian dari Keimanan


37. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang mengiringkan jenazah orang Islam karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, dan ia bersamanya sehingga jenazah itu dishalati dan selesai dikuburkan, maka ia kembali mendapat pahala dua qirath yang masing-masing qirath seperti Gunung Uhud. Barangsiapa yang menyalatinya kemudian ia kembali sebelum dikuburkan, maka ia kembali dengan (pahala) satu qirath."



Bab Ke-36: Kekhawatiran Orang yang Beriman jika Sampai Terhapus Amalnya Tanpa Disadarinya

9.[18] Ibrahim at Taimi berkata, 'Tidak pernah perkataanku sebelum aku melakukan (atau) aku menunjukkan amal perbuatanku, melainkan aku takut kalau-kalau aku nanti akan disudutkan oleh amalan yang tidak jadi aku lakukan."


10.[19] Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Aku mengunjungi tiga puluh sahabat Nabi saw. dan masing-masing khawatir dengan munafik dan tak seorang pun di antara mereka yang mengatakan bahwa keimanannya sama kuatnya seperti yang ada pada Jibril dan Mikail."


11.[20] Al-Hasan al-Bashri berkata, 'Tiada seorang pun yang takut akan hal itu (yakni kemunafikan) melainkan ia adalah orang mukmin yang sebenar-benarnya dan tiada seorang pun yang merasa aman akan hal itu melainkan ia pasti seorang yang munafik."


38. Ziad berkata, "Aku bertanya kepada Wa-il tentang golongan Murji-ah,[21] lalu dia berkata, 'Aku diberi tahu oleh Abdullah bahwa Nabi saw bersabda', "Mencaci maki orang muslim adalah fasik dan memeranginya adalah kafir."



Bab Ke-37: Pertanyaan Malaikat Jibril kepada Nabi saw tentang iman, Islam, ihsan, pengetahuan tentang hari kiamat, dan keterangan yang diberikan Nabi saw. kepadanya, lalu beliau bersabda, "Malaikat Jibril as. datang untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian." Maka, Nabi saw. menganggap bahwa semuanya itu sebagai agama.[22] Semua yang diterangkan Nabi saw. kepada tamu Abdul Qais (tersebut) termasuk keimanan. Dan firman Allah, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu daripadanya. " (Ali Imran : 85)

(Saya berkata, "Dalam hal ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits Jibril yang diisyaratkan itu dari hadits Abu Hurairah yang akan datang [65-at-Tajsir/21-asSurah 2-Bab]").

Abu Abdillah berkata, "Beliau menjadikan semua itu termasuk keimanan."


Bab Ke-38:

(Saya berkata, "Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dan hadits Abu Sufyan yang panjang dalam dialognya dengan Heraklius sebagaimana yang akan disebutkan pada "56 - al-Jihad/102 - BAB.....")"



Bab Ke-39: Keutamaan Orang yang Membersihkan Agamanya

39. An-Nu'man bin Basyir berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (dan dalam satu riwayat: perkara-perkara musytabihat / samar, tidak jelas halal-haramnya, 3/ 4), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. (Dalam satu riwayat disebutkan bahwa barangsiapa yang meninggalkan apa yang samar atasnya dari dosa, maka terhadap yang sudah jelas ia pasti lebih menjauhinya; dan barangsiapa yang berani melakukan dosa yang masih diragukan, maka hampir-hampir ia terjerumus kepada dosa yang sudah jelas). Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya (dan dalam satu riwayat: kemaksiatan-kemaksiatan itu adalah tanah larangan Allah). Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati."



Bab Ke-40: Memberikan Seperlima dari Harta Rampasan Perang Termasuk Keimanan

40. Abi Jamrah berkata, "Aku duduk dengan Ibnu Abbas dan ia mendudukkan aku di tempat duduknya. Dia berkata, Tinggallah bersamaku sehingga aku berikan untukmu satu bagian dari hartaku.' Maka, aku pun tinggal bersamanya selam dua bulan. (Dan dalam satu riwayat: 'Aku menjadi juru bicara antara Ibnu Abbas dan masyarakat 1/ 30). (Kemudian pada suatu saat dia berkata kepadaku). (Dan dalam satu riwayat: Aku berkata kepada Ibnu Abbas, 'Sesungguhnya aku mempunyai guci untuk membuat nabidz 'minuman keras', lalu aku meminumnya dengan terasa manis di dalam guci itu jika aku habis banyak. Kemudian aku duduk bersama orang banyak dalam waktu yang lama karena aku takut aku akan mengatakan sesuatu yang memalukan.' (Lalu Ibnu Abbas berkata 5/116), 'Sesungguhnya utusan Abdul Qais ketika datang kepada Nabi saw., beliau bertanya, 'Siapakah kaum itu atau siapakah utusan itu?' Mereka menjawab, '[Kami adalah satu suku dari 7/114] Rabi'ah.' (Dan dalam satu riwayat: 'Maka kami tidak dapat datang kepadamu kecuali pada setiap bulan Haram' 4/157). Beliau bersabda, 'Selamat datang kaum atau utusan (yang datang) tanpa tidak kesedihan dan penyesalan." Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tidak dapat datang kepada engkau kecuali pada bulan Haram, karena antara kita ada perkampungan ini yang (berpenghuni) kafir mudhar. [Kami datang kepadamu dari tempat yang jauh], maka perintahkanlah kami dengan perintah yang terperinci (dan dalam satu riwayat: dengan sejumlah perintah). [Kami ambil dari engkau dan 1/133] kami beri tahukan kepada orang-orang yang di belakang kami dan karenanya kami masuk surga [jika kami mengamalkannya' 8/217]. Mereka bertanya kepada beliau tantang minuman. Lalu beliau menyuruh mereka dengan empat perkara dan melarang mereka (dan dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau bersabda, 'Aku perintahkan kamu dengan empat perkara dan aku larang kamu) dari empat perkara, yaitu aku perintahkan kamu beriman kepada Allah (Azza wa Jalla) saja.' Beliau bertanya, 'Tahukah kalian apakah iman kepada Allah sendiri itu? Mereka berkata, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah [dan beliau menghitung dengan jarinya 4/44], mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa Ramadhan, dan kalian memberikan harta seperlima harta rampasan perang. Lalu, beliau melarang mereka dari empat hal yaitu (dan dalam satu riwayat: Janganlah kamu minum dalam) guci hijau, labu kering, pohon korma yang diukir, dan sesuatu yang dilumuri fir (empat hal ini adalah alat untuk membuat minuman keras).' Barangkali beliau bersabda (juga), 'Barang yang dicat.' Dan beliau bersabda, 'Peliharalah semua itu dan beri tahukanlah kepada orang yang di belakang kalian!"



Bab Ke-41: Keterangan tentang apa yang terdapat dalam hadits bahwa sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung pada niat dan harapan memperoleh pahala dari Allah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Bab ini meliputi keimanan, wudhu, shalat, zakat, haji, puasa, dan hukum-hukum. Allah berfirman, "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. " (al-Israa': 84)

10.[23] Nafkah yang dikeluarkan seorang laki-laki untuk keluarganya dengan niat untuk memperoleh suatu pahala dari Allah adalah sedekah.


11.[24] Nabi saw bersabda, "Tetapi jihad dan niat."



Bab Ke-42: Sabda Nabi saw., "Agama adalah nasihat (kesetiaan) kepada Allah, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan umat nya."[25] Dan firman Allah Ta'ala, "Apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul Nya."(at-Taubah: 91)

41. Jarir bin Abdullah berkata, "Saya berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk [bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dan 3/27] mendirikan shalat, memberikan zakat, [mendengar dan patuh, lalu beliau mengajarkan kepadaku apa yang mampu kulakukan 8/122], dan memberi nasihat kepada setiap muslim." Dan, menurut riwayat lain dari Ziyad bin Ilaqah, ia berkata, "Saya mendengar Jarir bin Abdullah berkata pada hari meninggalnya Mughirah bin Syu'bah. Ia (Jarir) berdiri, lalu memuji dan menyanjung Allah, lalu berkata, 'Hendaklah kamu semua bertakwa kapada Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Juga hendaklah kamu semua bersikap tenang dan tenteram sehingga amir, penguasa daerah, datang padamu, sebab ia nanti akan datang ke sini.' Kemudian ia berkata lagi, 'Berilah maaf pada amirmu (pemimpinmu), sebab pemimpin (kalian) senang memberi maaf orang lain. Seterusnya Jarir berkata, 'Amma ba'du, (kemudian) aku datang kepada Nabi saw. dan aku berkata, 'Aku berbaiat kepadamu atas Islam.' Lalu beliau mensyaratkan atasku agar menasihati setiap muslim. Maka, saya berbaiat kepada beliau atas yang demikian ini. Demi Tuhan Yang Menguasai masjid ini, sesungguhnya aku ini benar-benar memberikan nasihat kepada kamu sekalian.' Sehabis itu ia mengucapkan istighfar (mohon pengampunan kepada Allah), lalu turun (yakni duduk)."

Catatan Kaki:


[1] Ini adalah potongan dari hadits Ibnu Umar, yang di-maushul-kan oleh penyusun (Imam Bukhari) dalam bab ini.


[2] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab al-Iman nomor 135 dengan pentahkikan saya, dan sanadnya adalah sahih. Ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Iman sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh.


[3] Di-maushul-kan juga oleh Ibnu Abi Syaibah nomor 105 dan 107, dan oleh Abu Ubaid al-Qasim bin Salam dalam Al-Iman juga nomor 30 dengan pentahkikan saya dengan sanad yang sahih. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad.


[4] Di-maushul-kan oleh Thabrani dengan sanad sahih dari Ibnu Mas'ud secara mauquf, dan diriwayatkan secara marfu' tetapi tidak sah, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh.


[5] Al-Hafizh tidak memandangnya maushul. Akan tetapi, hadits yang semakna dengan ini terdapat di dalam Shahih Muslim dan lainnya dari hadits an-Nawwas secara marfu. Silakan Anda periksa kalau mau di dalam kitab saya Shahih al-Jami' ash-Shaghir (2877).


[6] Di-maushul-kan oleh Abd bin Humaid darinya.


[7] Yakni Nuh a.s. sebagaimana disebutkan dalam konteks ayat, "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama-Nya) orang yang kembali (kepada-Nya). " (asy-Syuura: 13)


[8] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq di dalam Tafsirnya dengan sanad sahih darinya (Ibnu Abbas).


[9] Di-maushul-kan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas juga.


[10] Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dengan lafal Sab'uuna 'tujuh puluh', dan inilah yang kuat menurut pendapat saya, mengikuti pendapat Al-Qadhi Iyadh dan lainnya, sebagaimana telah saya jelaskan dalam Silsilatul Ahaditsish Shahihah (17).


[11] Ini adalah potongan dari hadits Aisyah yang akan datang dalam bab ini secara maushul.


[12] Al-Hafizh berkata, "Di antaranya adalah Anas, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lain-lainnya, tetapi di dalam isnadnya terdapat kelemahan. Dan di antaranya lagi Ibnu Umar sebagaimana disebutkan dalam Tafsir ath-Thabari dan kitab Ad-Du'a karya ath-Thabrani. Dan di antaranya lagi adalah Mujahid sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Abdur Razzaq, dan lain-lainnya."


[13] Saya katakan, "Yakni yang disebutkan pada salah satu jalan periwayatan hadits ini."


[14] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Iman (131) dengan sanad sahih dari Ammar secara mauquf. Lihat takhrijnya di dalam catatan kaki saya terhadap kitab Al-Kalimuth Thayyib nomor 142, terbitan Al-Maktabul-Islami.


[15] Di-maushul-kan oleh penyusun di dalarn Al-Adabul Mufrad dan oleh Ahmad dan lain-lainnya dari hadits Ibnu Abbas recara marfu', sedangkan dia adalah hadits hasan sebagaimana sudah saya jelaskan dalam Al-Ahaadiitsush Shahihah (879).


[16] Hadits Ini menurut penyusun (Imam Bukhari) rahimahullah adalah mu'allaq, dan dia di-maushul-kan oleh Nasaa'i denqan sanad sahih, sebagaimana telah ditakhrij dalam Al-Ahaadiitsush Shahihah (247).


[17] Di-maushul-kan oleh Hakim dalam Kitab Al-Arba'in dan di situ Qatadah menyampaikan dengan jelas dengan menggunakan kata tahdits 'diinformasikan' dari Anas. Saya (Al-Albani) katakan, "Dan di-maushul-kan oleh penyusun (Imam Bukhari) dari jalan lain dari Anas di dalam hadits safa'at yang panjang, dan akan disebutkan pada "(7 -At-Tauhid / 36)".


[18] Di-maushul-kan oleh penyusun dalam At-Tarikh dan Ahmad dalam Az-Zuhd dengan sanad sahih darinya.


[19] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Khaitsamah di dalam Tarikh-nya, tetapi dia tidak menyebutkan jumlahnya. Demikian pula Ibnu Nashr di dalam Al-Iman, dan Abu Zur'ah ad-Dimasyqi di dalam Tarikh-nya dari jalan lain darinya sebagaimana disebutkan di sini.


[20] Di-maushul-kan oleh Ja'far al-Faryabi di dalam Shifatul Munafiq dari beberapa jalan dengan lafal yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan sahihnya riwayat ini darinya. Maka, bagaimana bisa terjadi penyusun meriwayatkannya dengan menggunakan kata-kata "wa yudzkaru" 'dan disebutkan' yang mengesankan bahwa ini adalah hadits dhaif? Al-Hafizh menjawab hal itu yang ringkasnya bahwa penyusun (Imam Bukhari) tidak mengkhususkan redaksi tamridh 'melemahkan' ini sebagai melemahkan isnadnya, bahkan dia juga menyebutkan matan dengan maknanya saja atau meringkasnya juga. Hal ini perlu dipahami karena sangat penting.


[21] Mereka adalah salah satu dari kelompok-kelompok sesat. Mereka berkata, "Maksiat itu tidak membahayakan iman."


[22] Menunjuk hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan secara maushul sesudah dua bab lagi.


[23] Ini adalah bagian dari hadits Abu Mas'ud al-Badri yang di-maushul-kan oleh penyusun pada (69 - an-Nafaqat / 1- BAB).


[24] Ini adalah bagian dari hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan secara maushul pada (56 al-Jihad / 27-BAB).


[25] Di-maushul-kan oleh Muslim dan lainnya dari hadits Tamim ad-Dari, dan hadits ini telah ditakhrij dalam Takhrij al-Halal (328) dan Irwa-ul Ghalil (25).

buku-islami.com

Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press

.:: HaditsWeb ::.