Senin, 05 Desember 2011

0 komentar
Hancurnya Peradaban Kami Akibat Pornografi




Saya membayangkan puluhan anak-anak dan orangtua para santri yang dicabuli dan dilecehkan secara seksual oleh guru ngaji di wilayah Kebon Bawang, Jakarta Utara. Rusak semua, agama menjadi dinistas, masa depan para santri terluka, orangtua tak kurang sakitnya. Sebabnya, pornografi!


Saya juga membayangkan kedua orangtua gadis kecil berinisial PA, yang diperkosa dua orang temannya di toilet sekolah pada jam pelajaran olahraga. Januari lalu, PA diperkosa oleh D, yang berumur 10 tahun dan R yang berumur 13 tahun hingga tak sadarkan diri. Mereka bertiga, duduk di kelas V Sekolah Dasar Negeri 13 Pagi, Duren Sawit, Jakarta Timur. Bagi PA dan kedua orangtuanya, hari itu peradaban keluarga mereka hancur, akibat pornografi yang telah memapar otak-otak bocah seperti R dan D.


Selang sepekan, berita yang lebih dahsyat lagi terdengar dari Purbalingga. Lima siswa Sekolah Dasar mencabuli bocah usia Taman Kanak-kanak, sebut saja namanya Bunga. Lima orang bocah ini baru duduk di kelas tiga dan empat Sekolah Dasar Negeri Kebutuh, Bukateja, Purbalingga. Mereka dengan tega mencabuli adik TK mereka, karena ingin mempraktikkan video mesum yang telah mereka tonton bersama. Bahkan, ada salah seorang di antaranya telah melakukan perkosaan kepada bocah TK untuk kedua kalinya. Bagi Bunga dan kedua orangtuanya, hari itu juga mungkin hari yang meruntuhkan masa depan dan kehidupannya.


Kisah-kisah dan fakta seperti inilah yang membuat saya, bersama sahabat-sahabat guru mendirikan semacam teachers initiative, yang kami namakan Teachers Working Group. Misi besarnya adalah menjadi sahabat guru, melakukan pendampingan dan memperkaya skill teaching sesama guru. Tapi itu semua kami kerjakan dengan kesadaran penuh untuk membangkitkan guru melawan segala bentuk gejala sosial yang mengancam dan mengintai anak-anak murid kami.


Kami berkeliling ke kota-kota di Indonesia, untuk membangkitkan kebanggaan para guru dan selanjutnya mendorong guru untuk mengambil peran sosial dan memimpin perubahan, meski kecil dan tidak seimbang dengan kerusakan yang menjalar.


Akhir Januari lalu misalnya, dalam sebuah sarasehan dan seminar yang kami gelar di Tangerang, sengaja kami mengangkat tema Menemani Murid yang Bermasalah. Dan ternyata, masalah yang mengemuka sedikit sekali tentang hambatan belajar, sebagian besar justru masalah sosial, wabil khusus kehidupan bebas di tengah para murid-murid kami.


Ibu Indrawati misalnya, guru salah satu SMP Negeri di wilayah itu. Selepas acara menemui kami, para panitia dan curhat sambil meneteskan air mata. Sebagai guru, dia dekat dengan murid-muridnya dan ingin berbagi setiap jengkal kebaikan tentang hidup pada mereka. Satu hari, dia mendapati muridnya yang baru kelas II SMP, mengadu tentang dirinya yang telah melakukan hubungan intim dengan pria kuliahan yang dikenalnya lewat facebook. Dan yang melakukan hal seperti itu, tidak saja dirinya, tapi banyak juga teman yang lainnya. Ada yang melakukan di hotel, di tempat-tempat tertentu, bahkan di rumah mereka sendiri di saat orangtua mereka pergi.


Sebagai guru, Ibu Indrawati merasa sedih sekaligus bingung mendapat masalah seperti ini. Sebab, sang murid bercerita, bahwa sekarang, yang disebut pacaran selalu dan harus melibatkan hubungan intim di antaranya keduanya. Karena bingungnya, ibu guru yang satu ini curhat untuk mencari solusi kepada guru lainnya. Tapi sedihnya, bukan solusi atau berbagi rasa yang didapatkan. “Makanya, jangan deket-deket sama murid, nanti dapat masalah,” begitu sambutan guru lain yang diajaknya bicara.


Maka, siang hari itu, kami menangis bersama. Seolah bertemu dengan teman-teman seperjuangan yang berjanji akan bekerja sekuat daya untuk mendampingi anak-anak murid kami.


Bulan sebelumnya, kami membuat acara yang sama di wilayah Bandung. Sekitar 250 guru hadir dan terlibat. Salah satu pembicara adalah Ibu Endang Yuli Poerwati, guru agama SMA Negeri IV, Bandung. Kisah yang dituturkannya bermula dari anak bayinya yang terjatuh dari tempat tidur. Karena khawatir, dibawalah sang bayi untuk diurut oleh “dukun bayi” yang di Bandung lebih dikenal dengan sebutan paraji. Selepas mengurut bayi, sang paraji meminta bantuan, bersediakah Ibu Yuli membawa dan merawat bayi yang beberapa malam lalu ditinggalkan kedua orangtuanya yang masih remaja, ketika mereka datang untuk dibantu saat melahirkan.


Dan ini menjadi kisah awal dari perjalanan Ibu Yuli. Kini di rumahnya tinggal belasan anak-anak yang diasuhnya seperti anak sendiri, dan kisah mereka nyaris sama, tak jauh berbeda. Ada yang hasil perkosaan, ada yang karena pergaulan bebas, ada pula anak dari gadis yang dihipnotis lelaki bejat, dan bahkan ada anak yang dijual orangtuanya sendiri karena keperitan hidup.


Ada pula kisah salah satu sahabat kami yang telah melahirkan sebuah buku berjudul La Tahzan for Teachers, Irmayanti. Dia kini mengajar di salah satu sekolah menengah atas di bilangan Ciledug, Tangerang. Ketika pertama kali masuk dan mengajar, beberapa guru memberitahukan sesuatu yang mencengangkan. Jangan dikira anak-anak ini masih perawan semua!


“Mendengar kalimat itu hati saya seperti dicekal, sampai sulit bernapas,” terang Irmayanti. Siswanya tidak banyak, kurang lebih hanya 100 orang, dan 30 di antaranya anak perempuan. Hampir semuanya terlibat wajar dan baik-baik saja. Anak-anak perempuan ini patuh, rajin, berjilbab, menggunakan baju lengan panjang dan rok panjang nan longgar yang menutup aurat. Bahkan mereka sering shalat dhuha berjamaah di sekolah dan rajin mengikuti bimbingan rohis dalam halaqah, lingkaran 10 orang yang ditemani pembinanya.


Tapi semua gambaran itu seolah runtuh, peradaban baik itu seolah hancur ketika salah seorang murid setelah tangisan panjangnya mengadu bahwa dia sudah ditiduri sang pacar. Hati Irmayanti seolah semakin hancur ketika bertemu seorang guru yang berkata dengan ringan, “Kita bertanggung jawab atas mereka sejak bel masuk sekolah sampai bel pulang sekolah. Memastikan anak-anak ini berlaku baik dalam rentang waktu itu.”


Dalam catatan di bukunya, Irmayanti menuliskan kepedihan itu. “Sekolah menengah dipenuhi anak-anak baru gede yang bingung. Mereka belum lagi memiliki prinsip, gempuran sudah datang bertubi-tubi dari sana dan dari sini. Gaya hidup, pergaulan, konsumerisme, tontonan. Kasihan. Mereka tak paham, milik siapa tubuh ini dan tak tahu bagaimana memperlakukan dengan penuh hormat diri sendiri.”


Maka, sebagai penutup saya ingin berbagi angka semua dengan pembaca. Tahun 2010, tercatat angka 120 ribu penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia, 40 ribu di antaranya adalah ibu rumah tangga dan sebagian besar penderita berusia di bawah umur 24 tahun.


Ini baru angka yang mampu dicatat oleh Kementerian Kesehatan dan Komisi Perlindungan HIV/AIDS Indonesia. Angka yang sebenarnya, tidak akan pernah terungkap dan jauh lebih besar daripada yang didapat.


Di Jakarta, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta merilis angka penderita penyakit kelamin di Jakarta berjumlah 9.060 orang, dengan rincian 5.051 orang berjenis kelamin perempuan dan sisanya pria. Dari total jumlah penderita tersebut, 3,007 di antaranya masih berusia antara 14 dan 24 tahun.


Ini belum ditambah dengan angka aborsi di Indonesia. Setiap tahun, janin-janin yang dibunuh akibat zina yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi kita semakin meningkat, bahkan mencapai 2,6 juta per tahunnya. Lagi-lagi, itu baru yang mampu tercatat. Bahkan, ada yang membuat rata-rata, setiap hari ada 30 bayi yang dibuang oleh orangtua laknat. Ada yang dicacah di dalam WC kampus, ada yang dimakan anjing di jalanan, ada yang tersangkut di jembatan terseret aliran sungai, ada yang dibuang begitu saja seolah sampah.


Jika fenomena ini semua belum lagi bisa disebut tanda-tanda atas hancurnya peradaban, lalu kita akan menyebutnya apa? Apakah fenomena ini baru bisa disebut dampak kehancuran pornografi yang memicu kehidupan zina setelah orang-orang yang tak pernah khawatir adalah korbannya?


Mari, bersama angkat beban. Meski sedikit dan ringan, gelombang besar ini harus dibendung dengan perjuangan. Kita harus menahannya dengan kantung-kantung pasir agar kerusakan akibat banjir tak melebar dan bertambah besar. Dan semoga Allah menolong kita dan menjadi saksi atas semua usaha ini, meski masih sangat kecil sekali


*Jurnalis Muslim dan Penggerak Teachers Working Group (TWG)

http://www.eramuslim.com/

— with Thyna THakmuaudickityuage, Ratna Tanpa Galih, Eva Zulviana Harahap, Thatita Akhwat, Nessa Maniez, Tiara Nur Azizah, Shin Junsu, Itta Anak Indonesia, Bukhari Nashir El-Bunash, Megawati Zahri, Rhina Syalala, Adhit Yanto and Anita Novi Yanti.

Kamis, 28 Juli 2011

0 komentar


HAKIKAT PUASA

Ramadhan merupakan bulan yang sangat agung, banyak keutamaan yang kita dapatkan darinya. Karena itu orang yang mengetahui tentang keutamaan dan keagungan Ramadhan akan menginginkan kalau setiap bulan itu dijadikan oleh Allah sebagai bulan Ramadhan. Namun harus kita sadari bahwa tidak mungkin setiap bulan Allah jadikan sebagai bulan Ramadhan. Karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk mensyukuri kedatangan Ramadhan tahun ini dan kita bisa menjumpainya. Bersyukurnya adalah dengan mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai aktivitas tarbiyyah (pendidikan) sehingga dapat kita raih peningkatan taqwa kepada Allah Swt. Target peningkatan taqwa ini memang disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).

Oleh karena itu apabila seseorang tidak meningkat ketaqwaannya kepada Allah Swt melalui ibadah Ramadhan, maka dia tidak mendapatkan apa-apa dari Allah kecuali hanya menahan lapar dan haus saja, padahal Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya seseorang, tapi yang Allah inginkan adalah akhlak yang mulia, Rasulullah Saw bersabda:

Barangsiapa yang (puasa tapi) tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (HR. Bukhari).

Dengan demikian hakikat ibadah Ramadhan adalah melatih diri agar dapat meningkat ketaqwaan kita kepada Allah sehingga ada yang harus kita perbaiki dari ibadah Ramadhan itu.

SISI-SISI PERBAIKAN.
Sekurang-kurangnya, ada tiga sisi yang harus kita perbaiki dari ibadah Ramadhan kita dari tahun ke tahun.
Pertama, memperbaiki keislaman diri kita agar semakin bertaqwa dan selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Perasaan diawasi oleh Allah menjadi begitu penting dalam kehidupan seorang muslim karena dengan demikian dia tidak berani menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah, hal ini karena setiap perbuatan manusia ada pertanggung-jawabannya dihadapan Allah, kebaikan dan keburukan yang dilakukannya untuk dirinya sendiri. Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka (QS 39:41).
Disamping itu pada ayat lain Allah juga berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungan jawabnya (QS 17:36).
Puasa melatih kita untuk selalu dalam pengawasan Allah, menghargai waktu, disiplin dan sebagainya, sehingga dari ibadah ini insya Allah akan kita capai perbaikan keislaman diri ke arah yang lebih baik.

Kedua, memperbaiki keislaman keluarga, ini bisa kita lakukan dengan lebih menkondisikan suasana pengamalan ajaran Islam dalam keluarga seperti tadarus dan tadabbur (mengkaji) Al-Qur’an, sahur bersama, buka puasa bersama, tarawih bersama yang disertai ceramah dan memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga karena suasana kumpul bersama keluarga di rumah pada bulan Ramadhan relatif lebih banyak sehingga tercipta keakraban dan keharmonisan hubungan antar keluarga yang berdampak sangat positif dalam upaya memperbaiki keislaman anggota keluarga.
Ramadhan boleh dikata sebagai momentum yang sangat baik untuk memperbaiki keislaman anggota keluarga. Misalnya anggota keluarga yang belum bisa membaca Al-Qur’an bisa kita kontrol dan kita tumbuhkan atau kita tingkatkan kemampuannya membaca Al-Qur’an, begitu juga dengan pemahaman dan pengamalannya. Memperbaiki keislaman keluarga merupakan tanggung jawab kita bersama, khususnya bagi seorang suami atau bapak, maka seorang bapak harus memperbaiki keislaman dirinya terlebih dahulu baru memperbaiki keislaman keluarganua. Keluarga harus kita islamisasikan karena azab Allah sangat pedih bagi siapa saja yang tidak bertaqwa kepada-Nya, Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS 66:6)

Ketiga, memperbaiki keislaman masyarakat, hal ini karena terwujudnya masyarakat yang berkepribadian Islami merupakan sesuatu yang sangat penting. Dengan terwujudnya masyarakat Islami, ketertiban, kedamaian dan ketenangan hidup akan sama-sama kita rasakan, bahkan hidup jadi terarah pada nilai-nilai kebenaran dan dapat kita kikis habis tindakan-tindakan yang maksiat atau paling tidak sangat kecil peluang manusia untuk melakukan kemaksiatan. Dari sini masyarakat akan memiliki harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang cerah, tapi bila masyarakat tidak Islami, maka masa depan yang bahagia akan terasa suram.

Ibadah Ramadhan khususnyan puasa menumbuhkan semangat pada kita untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar sehingga ibadah puasa membuat kita enggan untuk melakukan kemaksiatan dan kalau ada orang yang melakukan kemaksiatanpun kita tidak segan-segan untuk mencegah, melarang atau mengingatkannya agar hal yang buruk itu tidak dilakukannya.

Karena itu terlepas dari soal teknis yang kurang tepat, nurani kita memang disegarkan kembali untuk membenci kemaksiatan sehingga tayangan-tayangan televisi relatif lebih bernuansa islami, tidak hanya dengan ceramah-ceramahnya, tapi juga film, sinetron, lagu-lagu hingga iklan dan pesan-pesan lainnya, radio juga tidak mau kalau dalam soal kebaikan, semuanya lebih selektif. Disamping itu pemerintah juga membatasi jam buka bagi tempat-tempat kemaksiatan seperti panti pijat, bar dan diskotek, tempat pelacuran dan sejenisnya.

Selanjutnya yang juga membuat kita bahagia adalah gairah keislaman pada masyarakat yang menonjol tidak hanya di kampung-kampung, tapi juga di jantung perkotaan, pusat-pusat bisnis dan perkantoran, semuanya menunjukkan suasama yang lain dari biasanya sehingga tidak terasa kalau Ramadhan itu sangat memberikan perubahan kearah yang lebih Islami.

Hal lain yang juga amat mengesankan adalah tingkat pemakmuran masjid dan mushalla yang sedemikian terasa sehingga shalat berjamaah yang lima waktu diikuti oleh kaum muslimin yang lebih banyak, pesan-pesan keislaman lebih banyak disampaikan, aktivitas masjid lebih bervariasi, kekompakan pengurus masjid dan remajanya lebih harmonis yang kesemua itu membuat masjid menjadi lebih hidup atau lebih makmur sehingga keislaman masyaralat kita relatif lebih nampak dan terasa.

Namun yang harus lebih kita sadari adalah bahwa Ibadah Ramadhan adalah ibadah yang mendidik kita untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt, ini berarti suasana keislaman yang terjadi di masyarakat tidak boleh berakhir bersamaan dengan berakhirnya Ramadhan, karena itu semestinya sesudah Ramadhan ada peningkatan yang menonjol dari sebelum Ramadhan dalam hal-hal yang baik dan benar. Televisi harus lebih selektif dalam menayangkan programnya, kita berharap agar televisi tidak hanya berorientasi pada bisnis, apalagi sebenarnya jangan dikira program tayangan yang baik dan mendidik tidak bisa mendatangkan iklan, begitu juga dengan radio dalam memperdengarkan siarannya. Selanjutnya pihak pemerintah semestinya tidak memberi peluang dan kesempatan kepada mereka yang hendak melakukan kemaksiatan semacam minuman keras, judi dan perzinahan, karenanya di negeri kita yang religius ini, sebenarnya tidak pantas adanya bar dan diskotek, panti pijat, tempat pelacuran dan sejenisnya. Kalau tempat-tempat semacam itu menghasilkan retribusi atau pajak, maka sebenarnya masih banyak peluang retribusi dari sumber yang baik yang bisa diperoleh, apalagi retribusi tempat-tempat seperti itu jumlahnya tidak seberapa sementara tingkat kerugian akibat rusaknya masa depan generasi kita tidak dapat kita ukur besarnya.

Oleh karena itu menjadi tantangan kita bersama untuk lebih memakmurkan masjid-masjid kita yang harus berfungsi sebagai pusat pembinaan umat pada pasca Ramadhan ini. Pengurus masjid sangat dituntut menjalankan amanah mengurus masjid, jangan dikira tak berdosa bila tidak aktif dalam kepengurusan masjid sementara amanah itu sudah kita terima. Jamaah masjid juga sangat dituntut untuk lebih meningkatkan partisipasi dalam beragam aktivitas masjid dan kerjasama yang lebih solid antara pengurus masjid dengan jamaahnya merupakan sesuatu yang harus ditingkatkan. Kita berharap masjid-masjid kita solid kepengurusannya, tinggi partisipasi jamaahnya, cukup pasilitas dan dananya, bervariasi program-programnya dan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Semoga Ramadhan tahun ini membuat kita semakin bangga sebagai seorang muslim lalu bisa kita tunjukkan kebanggan itu dengan Islamisasi dalam berbagai bidang kehidupan kita sesudah Ramadhan berakhir.

 

[ Drs. H. Ahmad Yani ]

sumber : e-book islami

Sabtu, 23 Juli 2011

0 komentar
MARHABAN YAA RAMADHAN

PERSIAPAN RAMADHAN

Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT. pada tahun ini --insya Allah-- kita akan bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan. Bulan diwajibkannya shiyam dan diturunkannya Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia. Bulan penuh berkah dan rahmat serta bulan pembinaan kaum muslimin menuju derajat muttaqiin.

Bulan Ramadhan senantiasa datang pada saat yang tepat. Pada saat umat Islam membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi kondisi-kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan bantuan dan sekaligus hiburan kepada umat Islam dalam menghadapi kondisi berat, sehingga dapat keluar dari permasalahan yang berat dan sulit tersebut. Kondisi inilah yang dihadapi hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Bulan Ramadhan tahun ini, umat Islam khususnya di dunia barat menghadapi ujian yang berat. Tekanan dan teror dari rezim dan kelompok mayoritas terus-menerus menimpa umat Islam disana. Sedangkan dalam dunia Islam, umat Islam masih menghadapi masalahnya masing-masing. Di Indonesia umat Islam masih dihadapkan pada krisis yang berat dari semua sisi kehidupan. Sedangkan di belahan dunia Islam lainnya, kondisi umat Islam tidak lebih baik dari Indonesia. Para da’i di Mesir, Irak, Tunisia dan lainnya masih banyak yang berada di dalam penjara. Umat Islam di daerah minoritas semakin tertindas dan di daerah mayoritas tidak dapat bebas melaksanakan Syari’ah Islam. Palestina, jantung umat Islam semakin merana. Pembantaian bangsa Yahudi Israel atas Umat Islam Palestina tidak kunjung mereda. Dan Masjidil Aqsa terancam bahaya.

Dalam suasana seperti ini, masih ada harapan dan titik terang dengan datangnya bulan Ramadhan. Memasuki momentum Ramadhan yang sangat baik ini, umat Islam harus mempersiapkan dengan baik sehingga tujuan Ramadhan dapat tercapai, yaitu terealisirnya ketaqwaan. Ketaqwaan merupakan kunci pembuka pintu rahmat Allah SWT, jalan keluar dan solusi atas segala krisis multidimensional. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahiim memberkahi kita semua dan memberikan jalan yang terbaik bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia untuk keluar dari krisis yang dideritanya. Diantara sarana yang paling efektif untuk merealisir dan membina ketaqwaan, yaitu dengan cara berpuasa.

Puasa adalah pelatihan dan pendidikan bagi manusia yang langsung datang dari Allah yang Maha Mengetahui kemaslahatan mereka. Menahan diri dari makan dan minum dan syahwat di siang hari agar terlatih untuk menahan diri dari nafsu serakah, tamak dan rakus serta menahan diri dari segala kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Krisis yang menimpa manusia berawal dari ketidak berdayaan manusia untuk menahan diri dari larangan Allah, kemudian jatuh pada larangan tersebut. Seterusnya mengingkari ajaran Islam dan kebenaran. Maka terjadilah pembunuhan atas manusia yang tak berdosa, pemerkosaan, perzinahan dan seks bebas, penggunaan NARKOBA, aborsi, pencurian hutan dan perusakan alam, perampasan hak orang lain, penjajahan, KKN, penganiayaan dan kezhaliman serta pelanggaran lainnya. Oleh karenanya penghentian atas krisis tersebut harus dimulai dari akar krisis dan akar permasalahannya.

Solusi atas krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertqwa sehingga mampu menahan diri dari pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Dan solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan Syari’ah Islam dalam masyarakat dan pemerintah sehingga mereka takut akan sangsi dan tidak melanggar larangan-Nya. Syari’ah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Kesinilah semua langkah harus ditujukan, semua pikiran dicurahkan, gerakan reformasi diarahkan, segala tenaga dikerahkan.

Puasa adalah sarana yang paling efektif untuk mendidik manusia menjadi insan yang bertaqwa. Sehingga mereka memiliki keberanian untuk merealisasikan Syariah Islam dalam kehidupan pribadi dan sosial. Oleh karenannya, marilah kita mempersiapkan dan memasuki bulan Ramadhan dengan hal-hal berikut:

1. Memperkuat kerinduan dan kecintaan terhadap bulan suci Ramadhan dan rasa harap untuk dapat menikmati keutamaannya. Hal ini antara lain dapat diekspresikan dengan do’a yang dicontohkan Rasul saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw. jika sudah masuk bulan Rajab senantiasa berdo’a:
اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ"
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan” (HR At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).

Kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan inilah yang juga dirasakan oleh salafu shalih. Karena begitu banyaknya kebaikan yang diberikan oleh Allah di bulan Ramadhan, seperti di bukannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya syetan- syetan sehingga tidak dapat leluasa menggoda manusia. Dan puncaknya adalah diturunkannya Al-Qur’an sebagai pedoman bagi manusia. Dan pada malam turunnya Al-Qur’an Allah SWT. menjadikannya lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT. berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS Al-Qadr 1-5).

2. Menyiapkan diri dengan baik, persiapan hati, persiapan akal dan persiapan fisik. Persiapan hati dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Persiapan akal dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan fisik dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah dan lingkungan. Dan menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Dalam hal mempersiapkan hati atau ruhiyah, Rasulullah saw. mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim). Bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit. Rasulullah SAW bersabda:
وَلَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَان قال: ذاك شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فيه الأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ (رواه أحمد وأبو داود وابن حزيمة والنسائى )
Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:” Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)

3. Merencanakan peningkatan prestasi ibadah pada bulan Ramadhan tahun ini dari tahun lalu, baik perencanaan yang bersifat global maupun perencanaan bersifat rinci. Seperti peningkatan dalam tilawah, hafalan, pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

4. Mengutamakan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat Islam dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan dan mengsisi ibadah Ramadhan dengan tetap komitmen pada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat Islam jauh lebih penting dari ibadah-ibadah sunnah dan perbedaan pendapat tetapi menimbulkan perpecahan.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS Ali ‘Imran 103)

5. Melaksanakan ibadah puasa (shaum) dengan hati yang ikhlas dan memperhatikan segala adab serta sunnah-sunnahnya. Menghiasi Ramadhan dengan shalat tarawih, tilawah Al Qur-an, memperbanyak dzikir dan do’a, membayar zakat, infak dan melakukan I’tikaaf pada sepuluh hari terakhir (asyrul awakhir).
قَدْ جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
"Sungguh, telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan mendapatkan itu buat selama-lamanya." (Riwayat Ahmad, Nasaa'i dan Baihaqy).

6. Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat), dengan memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubat adalah sebuah sikap menyesali akan segala kesalahan, melepaskannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Dosa, maksiat dan kesalahan merupakan sebab inti dari keterpurukan dan krisis ini. Sehingga taubat adalah satu-satunya jalan untuk memulai hidup baru menuju yang lebih baik. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama bagi bangsa Indonesia untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً
إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)

7. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah dan Syahrud Da’wah (Bulan Pendidikan dan Da’wah). Diantara ciri khas bulan Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana ke-Islaman disemua tempat. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk melakukan semua bentuk kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah dan da’wah di bulan Ramadhan lebih terbuka dan lebih luas.

Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan.

8. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrul Jihad. Jihad adalah puncak ajaran Islam, rahasia kemulian dan kejayaan umat Islam. Sedangkan landasan jihad adalah kesucian dan kebersihan jiwa. Oleh karenannya bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menumbuhkan ruhul jihad dalam tubuh umat Islam. Sejarah telah membuktikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan gerakan jihad. Parang Badar Al-Kubra, Fathu Makkah, Pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, Perang Ain Jalut yang dapat menaklukkan tentara mongol, Penaklukkan Andalusia oleh pahlawan Tariq bin Ziyaad, Kemerdekaan Indonesia dll, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan.

9. Mengambil keberkahan Ramadhan semaksimal mungkin, termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat, dengan melakukan aktifitas positif, seperti; bazar amal, membuka pasar-pasar alternatif, penggalangan dana, penumbuhan produk pribumi, peningkatan investasi sesama umat Islam, memunculkan kreatifitas di bidang seni budaya dll.

10. Meningkatkan muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Pada tingkat makro inilah sumber kemelut yang melanda bangsa Indonesia. Kesempatan Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri sehingga perubahan-perubahan yang diharapkan bangsa Indonesia dapat berlangsung mulus dan terhindar dari benturan-benturan antar kekuatan yang banyak menimbulkan korban di kalangan kaum muslimin sendiri.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

[ PK ]

Sabtu, 04 Juni 2011

0 komentar
Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidik Misi

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program Bidik Misi untuk memberikan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada 20.000 mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi di 104 perguruan tinggi penyelenggara.
Bidik Misi merupakan program seratus hari kerja Menteri Pendidikan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2010 yang pada tahun 2011 ini dilanjutkan dengan kembali menerima 20.000 calon mahasiswa yang diselenggarakan di 117 perguruan tinggi penyelenggara.

Rabu (16/12) bertempat di Masson Pine Hotel Bandung dilakukan penandatangan MoU antara Dirjen Dikti, para pimpinan perguruan tinggi negeri pelaksana Program Beasiswa Bidik Misi dengan disaksikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

“Alhamdulillah, kita bisa memberikan satu jawaban dari sekian persoalan pendidikan di Indonesia. Ini adalah bagian dari komitmen dan tanggung jawab sosial perguruan tinggi”, kata bapak Menteri, Prof. Dr. Ir. Moh. Nuh, DEA dalam pengarahannya.

Menurut bapak Menteri ini adalah satu program seratus hari Departemen Pendidikan Nasional yang rampung sebelum waktunya (terakhir 31 Januari). ”Ini semakin membuktikan bahwa kita adalah orang cerdas. Beda orang cerdas dan tidak cerdas adalah ditentukan oleh kecepatan dalam menyelesaikan persoalan. Kalau orang cerdas biasanya cepat selesai. Dan saya beri nilai cumlaude, tambah bapak Menteri.

”Tujuan pertama adalah memberikan harapan kepada anak-anak bangsa dengan kemampuan akademik yang baik tapi berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, jangan pernah berhenti bermimpi bahwa ada negara yang menyiapkan beasiswa, paling tidak ke perguruan tinggi negeri” kata bapak Dirjen Dikti, Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D

Dengan beasiswa ini, menurut bapak Dirjen prosentase 20 miskin terbawah yang saat ini baru sekitar 3,3 persen mengakses pendidikan tinggi bisa terus ditingkatkan. Ketimpangan 20 persen anak terkaya dengan 20 miskin terbawah yang saat ini gapnya 10 persen dalam akses pendidikan tinggi bisa terus dikurangi. Bahkan menurut Dirjen mereka bisa menjadi aktor yang akan memotong mata rantai kemiskinan. Mereka akan mengangkat ekonomi diri dan keluarganya.

Persyaratan

Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi 2010:
1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2011 atau telah lulus pada tahun 2010 dan bukan penerima Bidik Misi;
2. Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun;
3. Memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi serta masuk dalam 30 persen terbaik di sekolah (semester empat dan lima bagi yang akan lulus 2011 atau semester lima dan enam bagi lulusan
2010) dicantumkan pada formulir rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah
(Lampiran 3 bagian D);
4. Pertimbangan khusus diberikan kepada pendaftar yang mempunyai prestasi ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler paling rendah peringkat ke-3 di tingkat Kabupaten/Kota atau prestasi non kompetitif lain yang tidak ada pemeringkatan (contoh ketua organisasi siswa);
5. Prestasi yang dimaksud pada butir 3 (tiga) dan 4 (empat) dinyatakan melalui surat pernyataan Kepala Sekolah/Madrasah atau kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota.

Bantuan Biaya Pendidikan ini diberikan sejak sang mahasiswa dinyatakan diterima dan memulai kegiatan akademik di perguruan tinggi, sampai menyelesaikan semester 8 (untuk program diploma IV dan S1) dan semester 6 (untuk program Diploma III) dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.


Sabtu, 28 Mei 2011

0 komentar
Akhlak dan Budi Pekerti Shalallaahu alaihi wasalam


Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. 'Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. 'Aisyah radhiyallahu 'anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)

Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.

Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.
Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda: "Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." (HR. At-Tirmidzi)

Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.

Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah:
"Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)

Di antaranya juga:
"Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu wata’ala" (Muttafaq 'alaih).

Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:
"Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)

Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :
"Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu." (HR. Abu Daud)

Diriwayatkan juga dari beliau:
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat." (Muttafaq 'alaih)



sumber : e-book islami
penyedia : HUMAS FARIS 8